Masa itu..
Filed Under (From My Mind ) by Pitiful Kuro on Thursday, September 18, 2008
Posted at : 9:53 AM
Post ini.. adalah draft keempat gw setelah entry gw yang terakhir kemaren.. weh, ada apa dengan gw sampe-sampe idenya mandek ditengah jalan semua gini? Bwah, kaga tau deh, fisik dan batin gw lagi dipaksa sampe batas paling ujung. Sakit yang entah sembuhnya kapan, dan mental tempe yang direbus sampe lodo.. aww.. yah, inilah hidup, dan gw harus jalanin ini semua—kalo bisa tanpa keluhan tentunya. Banyak banget hal yang terjadi belakangan ini sampe-sampe pikiran gw sekarang blank, to-tal. But, there’s one thing that makes me wanna laugh and staring the sky at the same time. Sebuah kabar yang sebenernya, entah gw harus menanggapinya dengan tertawa atau malah mandangin langit dengan tatapan hampa.
Tiba-tiba ada kabar yang mengatakan bahwa gw termasuk kedalam daftar seseorang yang bertitelkan, “orang-orang yang mau bunuh diri”, well well, walaupun setelah gw konfirmasi lebih lanjut, ternyata bukan begitu maksudnya, tapi gw jadi keinget sesuatu, ngga lama, sekitar satu setengah—dua tahun lalu kira-kira. Apa tuh? Itu adalah masa-masa tersuram gw. Masa dimana gw menganggap yang namanya matahari itu ga bakalan mau bersinar cuma buat gw seorang, hohoho, saat gw mendapatkan/menemukan titel blog ini, Pitiful Weakling. Dan yah, seperti yang bisa anda-anda duga, itu adalah saat-saat dimana gw dengan senang hati menjawab ‘iya’ apabila gw ditanya, “lo mau mengakhiri hidup lo?”
Oh, sebutlah gw sebagai drama King yang sangat berlebihan dan lebai muampus, tapi itulah gw saat itu. manusia dengan tingkat depresi yang sangat luar biasa, bentuk dari kegagalan gw dalam memanage masalah dan kebodohan masa remaja yang kelewatan.. u know? Itu adalah kombinasi yang sangat luar biasa untuk menghasilkan sebuah kekacauan. Dan apa hasilnya? Kejadian itu menghasilkan lebih dari 20 bekas luka sayatan di bahu kiri gw yang masih membekas ampe sekarang, yeap, duapuluh lebih tanda kekonyolan bersarang di bahu gw. Bahkan, gw yang saat itu selalu membawa benda wajib kemanapun gw pergi, dan apa itu? sebuah si-let, untuk apakah itu? perlu gw bilang? Ngga kan?
Oh, sebuah kenangan pahit-pahit-asem yang sangat membekas dikepala gw. Gw inget, pernah ke atap suatu gedung berlantai sepuluh, dan niatan gw saat itu adalah, commit suicide.. haha, silakan tertawa, kawan. Karena gw sekarang ngetik dengan cekikikan mengingat kebodohan gw itu—dengan sedikit penyesalan tentunya.
Tentunya itu masa lalu, dan yah.. gw ngga pengen ngalamin masa-masa yang seperti itu lagi. Dan gw yakin, gw ngga akan terjerumus kedua kalinya kedalam lobang yang semacem itu lagi. Ups, bukan bermaksud untuk bisa meramalkan masa depan ye.. Cuma, asal tau aja, yang namanya manusia itu selalu berkembang, dan gw ‘merasa’ sudah cukup banyak belajar untuk bisa memilah, mana yang kebodohan dan mana yang kebegoan.. :P
Memang, yang bilang “masa-masa muda itu adalah masa yang paling labil” itu sangat tepat sekali, dan gw saat itu bener-bener menganggap kalimat itu adalah sebuah Nonsense yang sangat sempurna. Gw saat itu menganggap “inilah yang benar!”, menganggap bahwa menyayat lengan sendiri dan menyaksikan darah mengalir melalui celah-celah luka yang disertai rasa perih luar biasa itu adalah jalan keluar dari suatu masalah. Jijik? Silahkan, karena gw sekarang mengetik dengan perasaan jijik kepada diri gw yang lalu. Bayangkan, bahkan disaat gw menempuh waktu-waktu itu, gw menghadapinya bersama dengan ‘seseorang’, gw tetep ga bisa mengontrol diri gw. Gw ngga bisa memanualkan apapun saat itu, sama sekali!! Oh masa muda, sangat menyesatkan.
What next? Tadinya gw mau memberikan sebuah warning kepada siapapun yang membaca blog ini, tapi.. mungkin gw tidak dalam kapasitas unutk itu. so.. mungkin gw hanya memberikan sedikit ajakan aja kali ya? Kalau kamu adalah anak-anak yang berusia 14-18 tahun, gw sangat-sangat menyarankan untuk menggunakan akal sehatmu sebaik mungkin, stop using ur heart, feelings or whatever it called. Karena pada masa-masa ini, hueh.. gw bingung mau nyebutnya gimana, chaos dah pokoknya, segala bentuk perasaan-perasaan negatif pasti bakalan ada! So? Think rational and logical, berpikiran lah seidealis mungkin, jangan terbawa arus, jadilah batu di dalam sungai yang ngga terpengaruh dengan lingkungan sekitar, sesekali, bolehlah menggelinding perlahan untuk menyesuaikan keadaan, tapi untuk ngalir tanpa bobot seperti kayu, gw rasa ngga.. sekian dari gw, kurang lebihnya mohon dimangapin, karena yang benar tidak datang dari saya. Understood?
Credit to : Raerita Heartnett and Recha Mcfadden for remembering that moment to me..
Tiba-tiba ada kabar yang mengatakan bahwa gw termasuk kedalam daftar seseorang yang bertitelkan, “orang-orang yang mau bunuh diri”, well well, walaupun setelah gw konfirmasi lebih lanjut, ternyata bukan begitu maksudnya, tapi gw jadi keinget sesuatu, ngga lama, sekitar satu setengah—dua tahun lalu kira-kira. Apa tuh? Itu adalah masa-masa tersuram gw. Masa dimana gw menganggap yang namanya matahari itu ga bakalan mau bersinar cuma buat gw seorang, hohoho, saat gw mendapatkan/menemukan titel blog ini, Pitiful Weakling. Dan yah, seperti yang bisa anda-anda duga, itu adalah saat-saat dimana gw dengan senang hati menjawab ‘iya’ apabila gw ditanya, “lo mau mengakhiri hidup lo?”
Oh, sebutlah gw sebagai drama King yang sangat berlebihan dan lebai muampus, tapi itulah gw saat itu. manusia dengan tingkat depresi yang sangat luar biasa, bentuk dari kegagalan gw dalam memanage masalah dan kebodohan masa remaja yang kelewatan.. u know? Itu adalah kombinasi yang sangat luar biasa untuk menghasilkan sebuah kekacauan. Dan apa hasilnya? Kejadian itu menghasilkan lebih dari 20 bekas luka sayatan di bahu kiri gw yang masih membekas ampe sekarang, yeap, duapuluh lebih tanda kekonyolan bersarang di bahu gw. Bahkan, gw yang saat itu selalu membawa benda wajib kemanapun gw pergi, dan apa itu? sebuah si-let, untuk apakah itu? perlu gw bilang? Ngga kan?
Oh, sebuah kenangan pahit-pahit-asem yang sangat membekas dikepala gw. Gw inget, pernah ke atap suatu gedung berlantai sepuluh, dan niatan gw saat itu adalah, commit suicide.. haha, silakan tertawa, kawan. Karena gw sekarang ngetik dengan cekikikan mengingat kebodohan gw itu—dengan sedikit penyesalan tentunya.
Tentunya itu masa lalu, dan yah.. gw ngga pengen ngalamin masa-masa yang seperti itu lagi. Dan gw yakin, gw ngga akan terjerumus kedua kalinya kedalam lobang yang semacem itu lagi. Ups, bukan bermaksud untuk bisa meramalkan masa depan ye.. Cuma, asal tau aja, yang namanya manusia itu selalu berkembang, dan gw ‘merasa’ sudah cukup banyak belajar untuk bisa memilah, mana yang kebodohan dan mana yang kebegoan.. :P
Memang, yang bilang “masa-masa muda itu adalah masa yang paling labil” itu sangat tepat sekali, dan gw saat itu bener-bener menganggap kalimat itu adalah sebuah Nonsense yang sangat sempurna. Gw saat itu menganggap “inilah yang benar!”, menganggap bahwa menyayat lengan sendiri dan menyaksikan darah mengalir melalui celah-celah luka yang disertai rasa perih luar biasa itu adalah jalan keluar dari suatu masalah. Jijik? Silahkan, karena gw sekarang mengetik dengan perasaan jijik kepada diri gw yang lalu. Bayangkan, bahkan disaat gw menempuh waktu-waktu itu, gw menghadapinya bersama dengan ‘seseorang’, gw tetep ga bisa mengontrol diri gw. Gw ngga bisa memanualkan apapun saat itu, sama sekali!! Oh masa muda, sangat menyesatkan.
What next? Tadinya gw mau memberikan sebuah warning kepada siapapun yang membaca blog ini, tapi.. mungkin gw tidak dalam kapasitas unutk itu. so.. mungkin gw hanya memberikan sedikit ajakan aja kali ya? Kalau kamu adalah anak-anak yang berusia 14-18 tahun, gw sangat-sangat menyarankan untuk menggunakan akal sehatmu sebaik mungkin, stop using ur heart, feelings or whatever it called. Karena pada masa-masa ini, hueh.. gw bingung mau nyebutnya gimana, chaos dah pokoknya, segala bentuk perasaan-perasaan negatif pasti bakalan ada! So? Think rational and logical, berpikiran lah seidealis mungkin, jangan terbawa arus, jadilah batu di dalam sungai yang ngga terpengaruh dengan lingkungan sekitar, sesekali, bolehlah menggelinding perlahan untuk menyesuaikan keadaan, tapi untuk ngalir tanpa bobot seperti kayu, gw rasa ngga.. sekian dari gw, kurang lebihnya mohon dimangapin, karena yang benar tidak datang dari saya. Understood?
Credit to : Raerita Heartnett and Recha Mcfadden for remembering that moment to me..