Skinpress Demo Rss

Ahaha.. what in the world i live in, huh?

Filed Under (, ) by Pitiful Kuro on Tuesday, October 28, 2008

Posted at : 6:25 PM

Mahasiswa, kalo dipandang dengan mata masyarakat Indonesia yang masih sangat mencengkram norma, dan nilai (eneg) dalam kehidupan sehari-harinya, pastilah dipandang sebagai sosok manusia yang mengedepankan cara pikir cerdas, dan punya pembawaan intelek. Bahkan, kata beberapa orang, saat-saat seorang manusia menjadi mahasiswa, itulah puncak dalam kehidupan pikirannya. Katakanlah, Matang. Jadi, seperti apa sih seharusnya seonggok daging bernyawa yang dinamakan mahasiswa ini bersikap? Pastinya, selalu berkepala dingin dalam segala urusan, cool dalam menghadapi setiap masalah, kritis membangun dalam setiap keadaan, tidak terpengaruh pada satu pandangan, dan.. selalu berpikir. Itulah mahasiswa dalam pandangan masyarakat Indonesia, ada yang kurang? Tambahin ndiri deh..

Dan apa yang terjadi kalo makhluk yang bertitel mahasiswa ini keluar dari jalannya yang lurus? I mean, tidak seperti yang norma dan nilai katakan? Apakah mereka-mereka yang melanggar ini bukan mahasiswa? Well, it’s retorical, gue ngga akan menjawab pertanyaan kosong yang hanya gue tulis sebagai pemenuh paragaf ini aja, anda-anda yang membacanya inilah yang harus menjawabnya, khu..khu.. sekarang bayangkan, imagine, there’s no heaven.. ups.. sorry, abis denger imagine-nya John Lennon.. Maksud gue, bayangkan, seorang mahasiswa, dengan segala titel inteleknya itu masih berbicara dengan kata-kata yang.. ‘eew’, understand what I mean? No? in easy word, zoo language. Kaga ngerti juga? Whatever. Mahasiswa, kalo ngga salah, dalam pedagogika (ilmu pendidikan anak-anak *lols*), disebutkan bahwa usia mahasiswa yang mempunyai range 18-22 tahun itu bisa dikatakan sebagai dewasa muda. Dan walaupun masih ada kata ‘muda’nya, tapi paling ngga udah bisa disebut dewasa kan? Dan apakah mahasiswa yang bisa dengan mudah mengucapkan sumpah serapah, dirty word, bisa dikatakan dewasa (muda)? Atau bahkan, apa mereka bisa disebut mahasiswa yang menjunjung tinggi intelektualitas?

Demi Setan yang rajin puasa *credit to Raine*. Entah udah berapa orang yang nanya tentang ‘gimana sih orang udah bisa disebut dewasa?’ Or ‘gw udah bisa dibilang dewasa blom?’, don’t get me wrong, jangan salah, banyak yang nanya bukan berarti gue banyak temen yeh *grin*. Dan biasanya gue akan menjawab dengan jawaban-jawaban klise nan basi yang udah kelewat sering didenger orang. Umur yang cukup, pengalaman hidup yang banyak, pola pikir yang tenang, dan tentunya bise membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sesimpel itu gue menjawab. Tapi.. apakah memang sesimpel itu? kalau yang dinamakan kedewasaan itu bisa dipatok dalam suatu ukuran, bukannya aneh? “Dewasa”, jelas ngga bisa diukur dengan statistik dan angka-angka, patokannya buram, ngga jelas sama sekali, lalu? Kenapa orang-orang bertanya? Dan andaikan bertanya, tanyakan pada diri sendiri, jangan ke orang lain, orang yang menyadari dirinya telah benar-benar dewasa itulah yang bisa disebut dengan dewasa. I mean, bukan sekedar mikir sebentar, lalu menentukan kalo dirinya telah dewasa, tapi.. semacam.. err.. kesadaran pikiran, termanualkannya cara berpikir dirinya sendiri, kesadaran akan ada dunia luas diluar sana selain dirinya. Ngga ngerti? Pasti, karena hal yang disebut dewasa ini.. seperti yang udah gue bilang, Me-ta-fi-si-ka.

Dan bagaimana dengan gue sendiri? Sejujurnya gue belum bisa mengatakan diri gue udah melewati patokan buram tersebut. Entah, but, I have a mind that achieve by visiting the dark, and the light (jangan protes soal grammar blarakan gw). Gue udah pernah merasakan bagaimana hidup berdekatan dengan neraka, yang mana manusia lain hanyalah sebuah objek pelampiasan hidup, mereka bisa gue pukul, injek, dan ludahin sesuka hati gue, yang mana kalo pulang tanpa memar di muka itu adalah sebuah anugrah, dan tanpa darah menetes itu adalah berkah. Gue udah pernah hidup berdekatan dengan—katakanlah kebaikan (abisnya kalo pake analogi surga kayanya aneh aja)—merasakan bagaimana khusyuknya shalat, tenangnya baca Al-Quran, merasa dekat dengan yang maha kuasa, dan menikmati hidup dengan orang-orang seagama yang selalu menjunjung tinggi persaudaraan. Dan dengan bekal hidup susah sekaligus tenang ini, pikiran gue yang sekarang terbentuk.

How lucky I am? Gue sangat beruntung memiliki pengalaman hidup yang seperti itu, bisa dibilang, hampir ngga ada hal yang bisa ngebikin gue sakit hati. Maksud gue, bener-bener sakit. Lecehan soal fisik? Ejekan-ejekan ngga bermutu? Tuduhan ngga berdasar? Say it. Hinaan verbal sama sekali ngga mempan buat gue. Ayolah, umur gue 18! Sedikit bersyukur gue memiliki kepribadian sinis self-sentris, sinis kepada diri sendiri, ada orang yang nyalahin gue, gue akan berpikir kalo emang gue salah, emang di gue salahnya itu. dan kalo salah, yaaa gue ngga akan malu-malu untuk minta maaf. Pernah baca di suatu Blog tentang hilangnya makna ‘maaf’ itu sendiri, katanya.. sekarang manusia meminta maaf sebagai formalitas.. dan itu bener-bener gue lakuin, gue salah, ya gue minta maaf, malu? Gengsi? Kata Sawamura di Harlem Beat, “dikasih kecap asin-pun gengsi itu ngga bisa dimakan”. Waktu lebaran kemarin pun, gue sama sekali ngga berucap ‘minal aidin’ ke orang lain sebelum orang itu ngucapin langsung ke gue. Buat apa minta maaf? Formalitas? Sebanyak apapun maaf, bisa gue ucapin andaikan gue salah, tapi apakah itu berpengaruh kedalam diri gue? Gue jawab ngga.. :D

Dengan pola pikir macem ini, yah.. jujur aja, gue emang ngga bisa diterima dimana-mana, SD, SMP, SMA, masa-masa yang gue habiskan untuk membentuk diri gue yang sekarang itu adalah masa-masa yang sama sekali ngga menyenangkan buat diinget, beberapa hal mungkin menyenangkan.. ah.. jadi inget, seseorang pernah bilang ke gue, “sebenernya masa bahagia manusia itu lebih banyak porsinya daripada masa sedihnya”, sebenernya, gue jelas-jelas menampik soal itu, dear.. :D. Gue lupa kapan terakhir kali gue ketawa sepenuh hati gue karena manusia lain, melepas endorphin keseluruh tubuh dan memperkaya oksigen dalam darah. Gue lupa. Dan.. seperti yang pernah gue tulis, gue akan berusaha berubah di dunia perkuliahan ini. Dunia baru, gue bilang. Dunia yang belum tau seberapa busuknya hal yang tersembunyi dibalik kulit keras yang menutupinya ini. gue berharap bisa melepas label anti-sosial gue disini, tapi.. ah, sebuah tamparan keras membangunkan gue dari mimpi kelewat muluk. Sebuah kejadian menyadarkan gue kalo emang gue ngga bisa diterima—seenggaknya—di Realworld. I was made for being Anti-socialism. Get real bung, jangan berlagak sok kenal orang lain di dunia nyata, dan mungkin emang gue harus membiasakan diri dengan keadaan ini, *buang semua mimpi muluk ke tempat sampah terdekat*. Well.. looks like I must tried to love this loneliness to slip out of this lonesome hole.. Welcome to The Jungle Networld..

EDIT TO ADD

Well.. sejam setengah setelah gue ngepost ini, sejam setengah setelah gue ngobrol dengan dua orang yang untungnya ada pada saat yang bersamaan, dan sejam setengah setelah gue mengingat seseorang yang tinggal di Malang sana :D, gue mau mengucapkan terima kasih banyak, gue ngga ngomong banyak sama lo berdua, bahkan ngalor ngidul, dan dengan tambahan titel 'gue bukan siapa-siapa' lo bedua, stranger, eh? tapi dengan ngobrol itu udah bisa nenangin kepala gue yang kelewat panas, :D, makasih yak. Dan buat Ussi, bahkan walaupun gue ngga kontak sama lo, kayanya dengan inget segala gaya posting lo dulu, gue bisa senyam-senyum sendiri, makasih us. Makasi buat lo betiga :D, NetWorld is the best lah pokoknya..

Slip Out

Filed Under ( ) by Pitiful Kuro on Monday, October 27, 2008

Posted at : 3:48 PM

I don't know since when I changed to such a cold-hearted guy
I have to warm this frozen, icy, lonely heart to thaw
I like being wrapped with warmness more than anything else for sure
I'm gonna make my coming days to be filled with laughter and joy

I let myself down that I'm more cruel than I thought I would be
I'm just a loser who ends up by caring for my soul
I don't give my heart to no one cause I don't wanna waste my time
I tried to love this loneliness to slip out of this lonesome hole

Sorrow is what I hate but it's grown my sensations
Regrets taught me how to make any hard decisions
Peace is always by my side but I've never felt it once
Love is not the word only for the sweet romance

Well, I'm scared, scared, scared, scared to death
And I'm scared to keep on going on my way
Well, I'm scared, scared, scared, scared to death
And I'll tell myself I'm special till the end

Recalling my torn, broken, aching heart of these long days
And all the memories I wanted to forget for making leaps
Recalling, breaking, aching, crying, making sure to me
And I take all and grin at my future on the way


Well..

Saya Jadi Kelinci Lagi..

Filed Under ( ) by Pitiful Kuro on Monday, October 20, 2008

Posted at : 8:41 AM

Ealaaah.. Pusing gue. Gue yang pastinya berstatus sebagai orang yang numpang di keluarga orang laen ini harus tau diri dong? Gue ngga boleh macem-macem disini, ngga boleh betingkah yang aneh-aneh, dan yang lebih penting diatas itu semua adalah mengetahui, "mana yang boleh, dan mana yang ngga" dana "mana yang punya gue, dan mana yang bukan". Untuk yang pertama, gue ngga ada masalah dengan itu, gue adalah orang yang bisa dengan mudah adaptasi di lingkungan baru, sedikit tips, banyak-banyakin ngangguk.. khu khu.. artiin sendiri yak.

Yang agak bermasalah itu yang poin nomer dua, gue kan numpang, sedangkan numpang itu sendiri berarti melintah ditempat orang, gue ngga punya apa-apa disini selaen yang gue bawa. Dan gue ngga mungkin ngebawa tivi, panci, kompor, bahan makanan/masakan dari Jakarta ke rumah ini pan? Itulah masalah yang lagi bikin gue harus sedikit muter otak inih. Jelasnya, karena gue numpang berarti gue harus tau diri, dan yang namanya tau diri itu harus tau batesan-batesan yang macem apa yang membatasi pandangan sang tuan rumah kepada gue.. err.. gampangnya, soal makanan deh, gue mesti kira-kira kalo ngambil makan, yaa sekali lagi karena gue numpang disini. Dan gue, yang merupakan jenis manusia yang mempunyai rasa ‘ga enak hati’ tingkat akut, maka porsi sekali makan gue itu.. sangat dikit. Sesedikit apa? Cuma setengah centong buat ngambil nasi, kira-kira 3 sendok makan lah. Itu saking gue ngga enak hatinya.

Dan apa mau dikata, karena lagi ada masalah sama napsu makan, tadi gue makan cuma lauk doang, dan jadilah gue dimarahin sama nyonya rumah, haha. Ini menimbulkan kesadaran gue untuk men-swadaya-kan urusan perut gue di Bandung, di rumah tumpangan ini. Nyari makan sendiri, berarti keluar uang tambahan, sedangkan uang kiriman itu jumlahnya bener-bener mepet kalo diitung berdasarkan pengeluaran gue sekarang, jadinya mustahil binti mustahal andaikan gue tiap hari ngebeli makan diluar. Itung aja andaikan gue makan sehari 10 ribu, sebulan bisa 300ribuan, yang berarti setengah dari jatah bulanan gue (note: fluktuatif, ga tentu sih sebenernya). Bisa-bisa gue ngesot ke kampus gara-gara ga ada ongkos.

So? Ditengah-tengah kebingungan akan solusi soal makanan ini, gue mendapatkan ilham saat ngebaca komik. Sederhana sebenernya, gue cuma kaga kepikiran aja. Di komik itu, tokoh utamanya hampir selalu makan sayuran, iyah, si Sentaro, si kelinci yang luar biasa imut itu pan makannya sayuran, wakakaka.. jadilah gue inget sama gaya hidup gue dulu, Vegetarian. Kaget? Haha, orang yang kenal gue ngga ada yang tau gue pernah jadi veggie selama beberapa bulan, dari 3 SMP sampe 1 SMA awal. Alesan awalnya itu sangat ngga jelas, tau-tau gue udah mutusin gitu aja, dan jadilah gue veggie selama kira-kira 6 bulan. Dan gue berenti karena gue ngga sanggup mendanai gaya hidup gue itu. Yaa.. karena orang rumah gue sangat doyan yang daging-daging, maka sama sekali ga ada tempat buat gue yang makannya cuma sayur, gue beli sendiri sayurnya dan gue olah sendiri. Dan namanya juga anak esempe/esema awal, jajannya berapa sih? Yaudin, gue kaga kuat nguarin duit tiap hari buat makan sendiri, hilanglah gaya hidup tersebut.

Dan sekarang, gue kepikiran untuk mulai itu gaya hidup itu lagi, ya karena keadaan yang emang maksa gue untuk nyari makan sendiri dan masalah finansial yang mepet ama tembok, menurut gue ya gaya hidup ini yang paling cocok. Sayangnya disini ngga ada pasar, so gue mesti beli dari semacem toko swalayan deket rumah, belum cek harganya, mudah-mudahan sih ga jauh beda sama pasar deh. Dan soal pengolahan? Gue belajar sesuatu dari pengalaman sebelumnya, jangan ngabisin duit cuma buat beli mayonaise, mwakakaka.. iye, gue doyan banget sama salad + mayo yang banyak, dulu gue tekornya disana, fufu.. jadi, gue mungkin bakal ngolah itu makanan dengan cara yang simpel aja, palingan gue rebus pake aer garem, jadi dah..

Well.. mudah-mudahan mulai besok udah bisa gue mulai deh :), no meat, chicken, egg, etc.. uoooohh.. Demi kelangsungan iduuup!!!

Insomnia

Filed Under ( ) by Pitiful Kuro on Thursday, October 16, 2008

Posted at : 9:51 AM

Sekali lagi, untuk kesekian kalinya gw berada di depan kompi pada saat seharusnya gw membaringkan kepala gw di bantal, dengerin lagu-lagu dengan beat yang slow dan menunggu mata gw terpejam, menunggu pikiran gw ingin beristirahat, tapi gw malah disini, di depan komputer dengan mata yang luar biasa belo’.. gw ga bisa tidur. Insomnia? Wonder, dari dulu gw bingung sebenernya insomnia itu apa, apa syarat dan batasan hingga seseorang bisa disebut mengidap insomnia, apakah dengan sengaja begadang itu insomnia? Dan jujur aja, banyak orang yang gw temuin di keseharian gue yang mengatakan kalo dia insomnia. Misal, suatu saat gue login Y!M jam 1-2an dan menemukan seseorang masih OL, gue sapa dan gue tanya, “masi OL? Ga tidur?”, dan dijawab dengan, “ga bisa, gw insomnia”.. tapi lima menit IMan, dia udah kaga bales lagi, tewas.

Seolah, entah ya, gue cuma merasa orang-orang yang gue temui itu akan merasa lebih keliatan ‘oke’ andaikan dia memberikan alasan ‘insomnia’ setiap kali dia masih terjaga sampe jam-jam tertentu. Kan keren tuh, insomnia yang notabene adalah suatu gejala psikologis (bisa biologis juga), dan gejala psikologis selalu punya tempat tersendiri dalam pandangan-pandangan orang, sebagian menganggapnya, katakanlah, “keren”. So? Sekedar pembukaan mata batin kita, gw mau sedikit menjabarkan apa sih insomnia itu?

Sikit-sikit Pengertian Insomnia
insomnia is a symptom of a sleeping disorder characterized by persistent dificulty falling asleep or staying asleep.

Hmm.. semacam penyimpangan tidur yang ditunjukkan dengan gejala-gejala susah ketiduran atau susah bertahan untuk tidur (kebangun bolak balik). Oh, maafkan penerjemahan saya yang ecekeble ini, yang penting ngerti pan. Trus? Apakah kalo gue susah tidur karena ada orang yang gamparin gue tiap kali gue mau merem adalah insomnia? Padahal gue ngantuk luar biasa. Dan andaikan gw emang bener-bener ngga bisa tidur sehari penuh, total, tapi besoknya gw tidur ngorok kaya sapi kekenyangan, apa itu insomnia? Oke, sedikit penjabaran, insomnia sendiri kebagi menjadi tiga tingkatan berdasarkan seberapa parahnya.

Bout Jenis Insomnia Berdasarkan Parahnya
Yang pertama, insomnia ringan, jangka waktunya antara hitungan hari sampai ke mingguan. Insomnia ini belum tentu disebabkan karena sleeping disorder, bisa karena jetlag, keadaan lingkungan yang emang ngga kondusig dsb lah, intinya faktor yang dateng dari luar.

Yang kedua, insomnia akut, udah mulai menunjukkan ketidakmampuan untuk tidur dengan baik dalam jangka waktu antara tiga minggu sampai setengah tahun, penyebabnya masih diantara peralihan emang penyakit mental or.. sekedar masalah kecil yang dibesar-besarkan.

Yang ketiga, insomnia kronik, seperti yang bisa ditebak, inilah yang paling parah, udah dipastikan adalah penyimpangan psikologis (atau sekali lagi, biologis), entah halusinasi awal dari schizophrenia, penyakit mental macam PTSD (post traumatic stress disorder), OCD (obsessive compulsice disorder) dan kawan-kawannya. Dan pastinya, kematian bisa terjadi di tahap ini, jangka waktunya, a year in a row mamen..

Well, gw rasa, andaikan emang ada orang-orang Indonesia yang emang mengidap insomnia, gue yakin mereka ngga akan sampe ke tahap kedua, yah.. dan andaikan lagi, emang ada yang sampe ke tahap ketiga, gue yakin masih bisa diitung jari, indonesia gituh..mikirin apa sih? Mental tempe yang kalo dapet masalah dikit aja langsung bunuh diri? ngga bakal sampe ke insomnia pastinya. *ehem.. kok gue ngerasa yah?*. Dan, karena refrensi hanya menyebutkan range insomnia ringan itu 'hitungan hari sampai mingguan', apakah dengan ngga tidur sehari itu bisa disebut insomnia? Entah yah, gw ngga berpendapat gitu, insomnia bagi gue adalah suatu gejala yang berkelanjutan (bagi gue yee). So, yang ngga tidur seharian tapi besoknya molor kaya sapi itu bukan berarti insomnia pan? lagipula, Insomnia tidak sama dengan begadang, lebih mengacu kepada kesulitan otak untuk beristirahat, sulitnya diri kita mencapai keadaan alam bawah sadar tertentu.

Sekedar penggolongan berdasarkan gejala
Sebelum gue menjabarkan bagian yang gue tunggu-tunggu juga, sebab-sebab insomnia, gue bakal menjabarkan terlebih dulu tentang jenis-jenis insomnia berdasarkan gejala-gejala fisiologisnya. Terbagi ke tiga kelompok, yang pertama, kelompok insomnian yang sulit tidur di awal. Yang kedua, insomnian yang terbangun di tengah malam dan merasa sulit untuk tidur lagi, dan yang ketiga, orang yang terbangun di tengah malam dan ga bisa tidur karena terganggu oleh rasa sakit, biasa ini dialami orang-orang yang sedang dalam masa terapi, or penyembuhan. Well? Merasa masuk salah satu diatas? oke, tunggu sampe baca sub bagian berikutnya.

Ohoho.. Penyebab Insom-may-nia
Mabok, itu yang gue rasain pas ngebaca refrensi, ternyata lumayan banyak juga penyebab disorder yang satu ini selain gejala mental, oke, ga pake basa basi, langsung aja.

A. Karena stimultan kimiawi
-Kokain :p
-Kafein! MBUAKAKAKA...
-Ephiderin
-Amphetamin
-dan kawan-kawannya yang bahkan saking njlimet tulisannya gw males ngetiknya..

B. Hormon
Biasanya dialamin sama orang yang lagi menstruasi or menopause. Tapi ini juga bisa dikategoriin kedalam penyebab insomnia karena gangguan rasa sakit deh, soalnya ada seseorang yang gue kenal yang sembilenguin-nya (or apalah, gue ga tau pastinya apa) parah dan ngga bisa bahkan untuk bangun dari tempat tidur, eew.. sakit ye mbak? untuk gue cowok.. :p

C. Masalah idup
Yah, standar lah, takut akan sesuatu, setres (belum sampe ketahap penyimpangan mental), gugup, love life (weh..), masalah kerjaan, keuangaan. dan lain-lain

D. Mental Disorder
Ga perlu gue jelasin panjang lebar kayanya yah? Schizophren, PTSD, GAD, OCD, dan lain-lain..

E. Tuntutan kerjaan :p
Yaaah.. macem shift kerja tengah malem, or Jetlag juga bisa memicu munculnya insomnia ringan

F. Fatal Familial Insomnia
Man.. this is the worst, ini keadaan insomnia yang udah bawaan sejak lahir, dia punya kelainan untuk ngga bisa tidur dengan baik, atau malah nyaris tidak tidur sama sekali dalam hidupnya, untuk ini, Gaara adalah contoh yang bagus, *dijitak*.. adaw.. sori, gue lagi males nyari~

So? Ada yang nyangkut-nyangkut? Udah mengukuhkan diri lo sebagai insomania? *kidding*, tunggu (lagi) sampe liat pembahasan berikut tentang misjudgement about insomnia and the other sleeping problem. Oke, setelah penjabaran setengah hati yang gue lakukan ini, gue mau memberikan kejelasan bagi anda-anda yang mempunyai masalah tidur, apakah ini insomnia, atau sekedar 'take a pee in the middle of the night?' lets see..

Salah Kaprah Tentang Insomnia
Seperti yang gue bilang di awal post, banyak yang mengaku dirinya mengidap Insomnia, padahal ga sampe beberapa menit dia mengakui itu dia langsung tewas, kalo ditanya apakah itu Insomnia, pastinya bukan dong? Lalu apa? Ada beberapa hal yang dimisjudge sebagai Insomnia, beberapa diantaranya..

Sleep Apnea, atau bahasa manusianya, gangguan pernafasan waktu tidur, gejalanya tuh disebabkan karena salah satu alat pernafasan orang tidur ini kehilangan gerak ototnya, lalu ngganggu sistem pernafasan dan akhirnya ngganggu yang tidur juga. Mereka-mereka yang mengalami ini biasanya adalah orang yang mempunyai gangguan asma dan lemah jantung, dan kebetulan gue pengidap dua-duanya (untuk asma, gue dah kaga lagi, yey), gue pernah ngalamin ini dulu, dan rasanya? UEH.. dada lo kaya dihantam palu godam bok. Bangun tiba-tiba gue langsung spontan duduk dan napas gue bunyinya kaya seruling sunda, "ngik-ngik-ngik", dan dengan kecepetan napas yang maigat.. mengerikan deh. Ini bukan Insomnia. Jelas.

Gangguan urin, seperti yang udah terjabar dengan jelas, kalo anda terbangun karena kebelet pipis dan ga bisa tidur lagi, itu juga bukan Insomnia.. hahak..

Emang sengaja kaga tidur, naaah.. atau bahasa-sangat-gaulnya itu.. begadang, definisi begadang itu sediri pan, melawan kantuk untuk sengaja tidak tidur karena suatu keperluan, maksud, atau tujuan yang beragam, kalo ngga punya tujuan, sebaiknya jangan begadang, seperti yang udah sering disampaikan panutan kita Haji Rhoma Irama..

Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya
Begadang boleh saja, kalau ada perlunya

Kalau terlalu banyak begadang
Muka pucat karena darah berkurang
Kalau sering kena angin malam
Segala penyakit akan mudah datang
Darilah itu sayangi badan
Jangan begadang setiap malam

Note : penulis sampe gugling buat nyari lirik ntu..

Jadi? Apakah anda-anda semua udah mendapatkan gambaran? Hope so.. dan gue sendiri, mungkin masuk ke tingkat insomnia ringan, dan selalu susah tidur di awal, penyebabnya? Apalagi? Ka-pe-in laaah..ebusyet... dah jam tiga!! Besok gue Kul Jam 7!!! Noo...

In the middle of ass-ignment

Filed Under (, ) by Pitiful Kuro on Tuesday, October 14, 2008

Posted at : 9:31 AM

God.. if you hear my plea.. please curse all my teacher that give me a tons of assginment.. to a stone.. I beg you..

*setres*

Nyeamm.. cukup buat hari ini gue nyiksa diri kayanya, tugas artikel yang dikerjain ngga sampe sepuluh detik sama rekan-rekan kelas. berubah menjadi berjam-jam ditangan gue. Kenapa? Karena gue kaga mau cuma kopipas doank!! Kalo cuma kopipas mah monyet juga bisa, tinggal diajarin klik-klik doang jadi dah tuh monyet dapet nilai A-B buat artikelnya.. ngek. Dude, kalo anda-anda merasa terhina, sori aje ye, kaga maksud. *ehem—uhuk*, gue ngambil tema “Generasi Asosial Masyarakat Jepang”, jadi bisa dibilang artikel gue itu adalah lanjutan dari post ‘Alone but not Lonely’ yang pernah gue bikin beberapa bulan lalu, yaaaah.. deadlinenya besok, dikumpul rabu, ugh.. Konsepnya sih udah ada dikepala gue dan tinggal tulisnya aja gimana gituh. Sejauh ini sih baru kelar dua halaman word yang gue estimasi ujungnya jadi enam halaman, masih ada besok lah kalo untuk tugas :P. kalo dah kelar mau gue taro sini juga rencananya.

Well well, kalo pada nyadar, di beberapa post sebelumnya, gue nyoba buat make bahasa yang rada kaku di entri gue, dan sumpah capek benjet nulisnyah. Gue salut sama beberapa orang yang ada di Blogroll gue itu yang bisa dibilang konstan menulis dengan gaya bahasa yang lumayan kaku, izinkan gue angkat topi buat Midun dan Sigi deh. Yah, kemaren sekedar percobaan aja, dan emang gue masih nyari gaya tulis yang pas buat di pake. Seperti yang bisa dibaca, gaya tulisan gue masih cawur, pokoknya masih gaya tulis blog-blog standar lah, wonder kapan gue bisa punya karakter nulis yang kuat kayak Dee, ga usah jauh-jauh deh, kayak dua orang yang gue disebut diatas ajah.

Ah.. what I gonna write? Seperti biasa, sampe gue nulis awal paragraf ini, gue masih blank dengan apa yang gue mau tulis. Bahan sih ada, tapi bagi gue sangat ga mudah untuk merumuskan ‘sesuatu’ yang ada di dalam otak kedalam bentuk kata-kata yang valid dan punya arti jelas. Asal nulis bisa berarti ujungnya entri post cuma berisi racauan doang, hahha.. oke, inget nih, inget..

“Nice, apa gue udah terlalu lama berada di dalam jurang yang kelewat gelap sampe-sampe pas keluat dari sana, mata gue buta?”

Sebuah quote, dari siapa? Dari gw! *ditabok*, ehem.. begini, at the previous post, I’ve said it many-many-many times, I’m a lonely people, I don’t have any friends at my college, school, house, and even NetWorld. I always think that I’m unacceptable with many ways, and don’t you dare to ask what ways is that, cause I don’t know it :P iyah, gue ngga tau, gue cuma merasa ngga diterima dimana-mana aja.

Dan beberapa waktu yang lalu, pastinya kapan gue lupa. Gue melakukan kegiatan rutin gue disaat nganggur, blogroll dan chat via hape, dan waktu itu gue lagi chat sama Rere yang entah gimana kok tau-tau udah ngomongin (gampangnya) interaksi dua arah, maksudnya dengan bahasa gampang, kalo lo melakukan sesuatu orang lain, pasti orang lain itu bakalan melakukan sesuatu yang sama kepada diri kita, atau minimal di apresiasi atau ditanggapin lah. Sementara sebelumnya dia nanya, “emang lo maunya punya keberadaan apa di orang-orang?”, yaaa.. gue langsung tulis deh tuh yang muluk-muluk, ngawang, dan pastinya sangat daydreaming sekalii. Dan dijawab lagi sama dia, “pasti ada, kok keberadaan lo itu”—dengan nada yang rada kesel :x.. tengkyu re.

Faktanya, biarpun gue berkoar-koar merasa ngga punya temen kemana-mana, nyatanya gue ada tuh beberapa.. mungkin gue udah buta sampe ga nyadar itu :P..

Gue sukaa..Naito, night, malem, soir, abend, ночь,

Filed Under ( ) by Pitiful Kuro on Saturday, October 11, 2008

Posted at : 9:35 AM

Udara pagi Bandung yang dingin, segelas kopi hitam yang mengepul dan alunan Violin merdu dari MP yang memutar Canon in D, ah.. kombinasi sempurna untuk mengembalikan Iblis terkuat untuk kembali tidur bukan? Sangat tenang kalau-kalau gue harus menggambarkannya dengan kata-kata, disini, gue duduk bersila diatas kursi kayu didepan komputer, disuatu ruangan berantakan dalam sebuah sebuah rumah yang benar-benar ngga mengenal kata 'ramai'. Tempat yang perfect buat gue yang emang ngga akan sudi pergi ketempat rame kalo ga ada alasan yang cukup bagus. Di rumah ini, di ruangan ini, dan di kursi ini, gue mencoba menghilangkan morning fever gue, yang mungkin cuma bisa ilang dengan nunggu datengnya siang, ya makanya gue ngetik.. haha..

Gue benci pagi, "karena pagi melepaskan pelukan malam yang sangat gue cintai", *halah*, sebuah quote yang lama sekali gue dapet sampe-sampe gue lupa dapet dari mana, sebuah quote yang mungkin bakal membuat para pembenci puisi mengerutkan dahinya sedalam mungkin dan bergumam, "yuck". Yah, pagi, yang pasti itu bukan waktunya gue, gue terlalu suka dengan segala sesuatu yang dimiliki malam sampe gue sangat membenci pagi yang ngegantiinnya. Gw suka langit malam yang gelap pekat dan sedikit blend putih disudut-sudut cakrawala yang berasal dari lampu-lampu rumah. Gw suka keadaan yang sepi sampe seolah-olah lo cuma berdiri sendirian di bumi ini. Gw suka purnama bulet sempurna sampe merelakan diri mengayuh sepeda jam 2 pagi untuk menikmatinya sendirian. See? Malam itu terlalu sempurna buat digantiin sama pagi.

Gw bisa sepedaan Jakarta-Bogor pun karena malam, apa jadinya kalo gw nge-goes itu sepeda siang-siang? Tenaga gw abis duluan karena matahari yang kejem menghisap energi pelan-pelan, dan yap, sebelum gw berhasil ke bogor, sebelumnya gw udah pernah nyoba di waktu siang dan hasilnya, gw cuma kuat sepertiga jalan doang, sampe lenteng-agung dan gw langsung balik naik kereta saking ngos-ngosannya. Gw bisa duduk diem di monas berjam-jam waktu malem cuma ditemenin sama lighter-sepuluh-ribuan gw doang, sambil sekali ngebuka-tutup itu lighter dan sembari ngamatin orang-orang berpasangan yang entah apa maksudnya dateng ke monas jam 12 malem *ehem*.. dan.. kapan lagi gw bisa nikmatin asik-thriller-serunya fly over? Cuma waktu malem kan? Tanjakan maut yang notabane sangat menyeramkan bila diturunin naek sepeda itu hanya bisa gw nikmatin waktu malem, siang-siang gw naek fly over, gw udah dilibas abis sama mobil.

Sementara pagi? Ooh.. bloody damn, ada ga sih waktu yang lebih buruk daripada pagi? Bayangin, lo harus kembali ke rutinitas lo karena pagi udah dateng, bayangin kalo lo lagi mimpi asik-asiknya trus lo kebangun gara-gara weker lo udah menunjukkan pukul 05.30, dan.. dan.. rasain deh penderitaan orang-orang yang punya morning sick, mereka harus mules dan terbirit-birit masuk wc untuk *piip*, juga karena pagi dateng.. menyebalkan, eh? Dan bagi gw, sama seperti ‘Beleklip’ yang punya masalah monster dengan rumah barunya, gw pun sama. Rumah tumpangan gw ini juga melihara.. err.. that filthy-little-goddam-thingy-imbecile-bloody-morron-nastily-gross-f***ing-*beep*-*beep* DOG!!? Ebuset dah tuh anjing satu, bener-bener nepotisme abis, orang-orang rumah sini kaga ada yang digong-gongin, gw doank!! Dan gw harus maen galasin tiap pagi sama tuh Dogi, supaya gw bisa lewat. Si anjing yang dikasi nama ‘dogi’ ini (iye, ga kreatip pan?) sebenernya diiket, tapi gw sumpah trauma sama yang namanya anjing, dua kali pengalaman buruk sama makhluk-mamalia-berkaki-empat-tukang-melet ini, dan gw kaga mau itu keulang lagi *menerawang*

Sekedar pendapat, yang setuju ya cung tangan, yang ngga ya pergi sanah :P, well.. kayanya udah cukup siang, kalo gitu, tulisan ini gw cukupkan dulu dah, hahha..

IH Gathering 3-4 oct

Filed Under (, ) by Pitiful Kuro on Wednesday, October 08, 2008

Posted at : 1:32 PM

Malam yang ngga jelek, hujan turun dengan kekuatan yang ngga main-main, tapi sayangnya ngga satu kalipun bunyi nyaman itu bergaung ke kuping, semenjak sampe di Bandung, entah ini udah hujan yang keberapa kali, tapi belum pernah gue mendengar bunyi itu lagi, bunyi yang membuat jantung berdebar keras ingin meloncat, menggetarkan urat-urat syaraf sampai menari-nari, menggelitik adrenalin untuk merembes sebanyak-banyaknya dari kepala yang sudah kelewat kaku. Bunyi itu Petir. Suara nan keras yang diawali dengan terbelahnya langit oleh kilatan putih menyala, membuat takut kebanyakan orang yang suka mencari perlindungan, diacuhkan oleh orang-orang yang keras hatinya, dan ditunggu-tunggu oleh orang yang mungkin sudah rusak sebagian otaknya. Mungkin gue masuk ke urutan yang ketiga.

Ada yang bilang, “apa-apa yang lo lakukan itu kaya di cerita aja, yang keluar malem-malem buat nikmatin bulan lah, yang ngitung petir lah, yang ujan-ujanan lah.. kaya dorama tau ga hidup lo?”. Dunno, mungkin jawaban terbaik yang bisa gue berikan adalah, ‘satisfaction comes first’, kepuasan diatas segalanya, selalu yang pertama. Andaikan memang nyaman, ya lakukan, biarlah orang berkata apapun yang mereka sukai, tetap di tempat dan puaskan diri dengan apa yang memang dirasa perlu, cukup.

Oh.. maksud hati ingin menulis yang lain, tapi karena terbawa suasana yang memang lagi oke, jadinya ya seperti diatas -_-a.. rite, gue mau mencoba menuliskan sebuah jurnal, perjalanan dua hari gue mengarungi Jakarta bersama rekan-rekan NW. here it is..



Friday, 3rd October 2008

Out of plan, diluar rencana, itulah kata yang tepat menggambarkan perjalanan di jum’at panas di awal oktober ini. Berawal dari menyetor muka di Y!M seperti biasanya, malam bila tak salah ingat, seseorang yang bisa kita sebut Midun disini mengontak gue dengan IM.. ah.. hal biasa toh.. entah sekedar berbagi waktu, cerita, atau tidak jarang hanya sapaan iseng yang memang tidak ada ujung pangkalnya, sebuah sarana yang tidak jelek untuk menghabiskan waktu (juga pulsa) bila tidak ada kerjaan, semua normal, sampai.. sebuah ajakan, invitation untuk berkeliling kota tua bersama rekan-rekan NW yang lain, rekan-rekan IH tepatnya. Mengingat esoknya memang juga ada acara berkumpul yang sudah direncanakan lama, kenapa tidak dijadikan satu paket? Dan jadilah.. dan lagi, memang gue juga sangat tertarik untuk mengunjungi kota tua yang seumur-umur belum pernah gue menginjakkan barang sejari kakipun disana. Nice..

The day, karena pilihan hari yang memang hari Jum’at, ini cukup merepotkan gue yang notabene seorang laki-laki. Berkumpul jam setengah dua, maka itu, mau tak mau gue harus solat jum’at di deket stasiun, menghindari keterlambatan tentunya. Gue berangkat dari rumah tepat jam sebelas tepat langsung ke stasiun Cikini, berubah dari tujuan awal yang harusnya ke Manggarai.. Hoh.. sulit memang menepati janji yang tidak terikat.. sulit.. ups.. not this time. Rite, setelah jum’atan gue langsung menuju ke stasiun, membeli tiket seharga Rp. 1000,- dan menunggu kereta ekonomi dengan jurusan langsung ke stasiun Kota—tempat pertemuan. Menunggu sembari bertukar kabar dengan dua orang yang dijanjikan akan bertemu nanti, dan phew.. luar biasa, masing-masing dari mereka meng-estimasi keterlambatan nyaris dua jam dari jadwal semula. Great, dan gue yang ga mau kalah pun ikut-ikutan pengen terlambat, beberapa kereta gue lewatin dengan cuek, menunggu santai duduk di bangku besi yang keras sembari sesekali memperhatikan orang-orang stasiun yang sibuk lalu-lalang, macam-macam manusia itu, macam-macam.

Sedikit kejadian menarik, setelah beberapa kereta lewat menaik-turunkan penumpang yang memburu waktu, uang, dan sebungkus nasi. Tak lama, sepasang manusia—laki-laki dan perempuan, berkepala 4 dan besar kemungkinan suami istri lewat di depan mata gue, baru saja naik dari lobby dan tampak menunggu kereta, mereka melihat gue yang duduk dengan nyamannya di bangku di bangku besi, tampaknya tergiur untuk mengistirahatkan badan menunggu kereta yang tidak tahu pasti kapan datangnya. Yang perempuan duduk disebelah gue, yang laki-laki masih berdiri karena gue yang memang mengakui bahwa ukuran gue ini tidaklah kecil duduk ditengah tengah, menghabiskan space untuk tiga orang menjadi hanya untuk dua orang saja. Tidak lama, karena tidak ada gubrisan berarti dari gue yang mungkin memang memonopoli tempat duduk, si perempuan berkata, “Eh! Minggir sedikit kek, makan tempat!!”. Hmm.. maafkan saya, madam, apabila saya mempunyai perasaan yang tidak peka, tapi apakah tidak bisa meminta dengan cara yang ‘sedikit’ lebih halus lagi? Mengerti apabila ini tempat umum, tapi setidaknya saya lebih dulu disini, mintalah dengan halus, dan saya akan dengan senang hati menggeser badan bongsor saya ini untuk mempersilahkan suami anda duduk.. gosh..

Ah.. bukan hal yang menyenangkan.. kereta datang, gue naik, dan itupun setelah di-call oleh orang yang tiba lebih dulu disana, Thiwy dan Acit, dua orang tak terduga yang disangka tidak ikut sudah sampai di tempat tujuan lebih awal dari semua orang yang aslinya memang niat, phew.. iya.. iya.. gue masuk yang telat. Sampe di stasiun kota, Thiwy dan Acit sudah duduk manis di A&W menunggu mereka-mereka yang terlambat datang.. satu persatu hadir, sampai setengah tiga barulah terkumpul semua, gue. Thiwy, Acit, Wahyu, Midun, dan terakhir, Rere. Okeh.. dengan member lengkap, semua berjalan menuju kota tua yang ternyata ngga jauh-jauh amat dari stasiun, approx 300-400 meter mungkin. Yah, kesan gue cukup ‘wah’ melihat tempat ini, sayang dirusak konyol dengan tulisan-tulisan macam “Bejo Love Tuti” di dinding-dinding temboknya.. bodoh.. dan gue, sebagai orang yang buta seni, dan menilai segala sesuatunya dari apa yang tersampaikan, cukup gatal juga ingin menggatak orang yang menulis tulisan demikian. Yeah, gue ngga akan menilai sesuatu dari segi historisnya, gue mengandalkan penglihatan, maka campuran warna, tekstur, perspektif, latar, seberapa kuat tarikan garis, dan hal-hal yang tampak adalah faktor utama penilaian gue, persetan dengan nilai historis, tempat dan siapa yang membuat, masa bodoh dengan The Last Supper yang kebanyakan makna, entah si Magdalena yang ditengah kek, si Yudas yang mau nyekek lah, atau apapun namanya, asalkan memenuhi kriteria gue, maka akan gue anggep bagus, mau dateng dari zaman apapun karya itu. Hoh.. esmosi melihat sebuah masterpiece rongsokan yang terlihat agung dirusak oleh coretan-coretan yang dibuat oleh orang yang moralnya sama hancur dengan bangunan disana. Dan wonder, akan terlihat seperti apa tempat ini di malam harinya, maka itu, saat Midun ngomong dateng ke tempat ini di malam sebelumnya, gue cukup antusias nanya-nanya. Gue suka malam, membuat semuanya menjadi 10 kali lebih menarik dilihat.

“Museum, siapa sih yang mencetuskan duluan? Ck..”

Awalnya begitu, akhirnya, “Hei, nice idea”, sungguh tidak jelek ide tur keliling museum ini, rasa kecewa gue ngga bisa menikmati kota tua langsung hilang saat si tour guide yang subtitelnya tiga bahasa ini menerangkan dengan bersemangat. Yansen, bila tak salah ingat, seorang buddhis berkepala botak, vegetarian, dan orang dengan personaliti yang menarik. Menerangkan dengan menggebu-gebu setiap bagian rumah yang dilewati, dari meja raksasa yang terbuat dari One Piece wood (beneran gede oy), sampe ke ranjang Honeymoon yang dipake sama orang belanda. Dan diantara semua yang ditunjukkan, gue paling tertarik sama claymore yang katanya digunakan untuk memancung orang dulu.. hmm.. jenis pedang dengan mata pisau sepanjang kurang lebih 90cm ini seharusnya bukan alat untuk meng-eksekusi toh? Guillotine akan lebih tepat, pisau daging raksasa dengan mata yang dipertajam secara berlebih, akan membuat siapapun yang dipancung olehnya tidak akan merasakan sakit sama sekali saking efektifnya golok ini.


ki-ka : ReRe, Wahyu, Midun, Thiwy, Acit di depan Museum.. Fatahillah (tadinya lupa, thx re)


Well.. Tur museum yang menyenangkan, tidak jelek dan tidak menyesal pokoknya. Acara dilanjutkan dengan perjalanan menuju mesjid sunda kelapa, walaupun tidak sesuai rencana, sedikit nyasar dan memang salah tangkap maksud sang supir angkot, akhirnya melesetlah dari tujuan semula, yang tadinya mau sholat di masjid sunda kelapa, jadi di masjid antah berantah yang ada kuburannya. Kejadian menarik part II, saat mau sholat di mesjid yang baru didatangi, apa yang harus dilakukan pertama kali? Tentunya mengecek kiblat, kan..dan gue rada lalai soal itu disini, gue ngecek, tengok kanan-kiri, dan menemukan sekelompok orang sedang duduk, mengaji ke arah depan, lurus.. maka gue berasumsi arah itulah kiblat. Tapi tahukah, orang ngaji bukan berarti sholat, ternyata kiblatnya salah.. bodoh.. untung Wahyu ngingetin dan gue sholat sekali lagi dengan membetulkan arah kiblat.. konyol ah..

Perjalanan dilanjutin, kali ini makan, dan bodohnya gue baru nyadar sesuatu saat udah duduk didalem restoran dan ngelirik menu.. ini. restoran. seafood. Sementara gue alergi sama makanan laut, yasudah, makan makanan lain lah dengan tenang. Dan satu hal lagi.. Wahyuu..terima kasih sudah mentraktir kami, tapi jangan sering-sering yaah, inget pengeluaran yang lain :|.. dan hari pertama kelar.. hasil yang paling mencolok.. kaki gue sakit..



Saturday, 4th October 2008

The Day, hari yang memang sudah direncanakan dari awal.. berkedok ingin menonton Laskar Pelangi, padahal maksud hati ingin sedikit mengobrol dengan seseorang, *lirik seseorang itu*, namun apa dikata, angin nasib membawa ke arah keramaian, maka gue dengan sedikit berat hatipun ikut manut-manut saja, tidak menyesal sih, bisa menghabiskan waktu didekat kerumunan yang ramai juga sudah cukup menyenangkan, toh. Kali ini langsung berangkat, tepat ke Blok M Plaza menggunakan Busway.. sebuah angkutan yang sebenarnya cukup menyenangkan dan nyaman digunakan apabila penggunanya tidak banyak seperti cendol. Dan tahukah? Gue yang adalah anak Jakarta asli, menghabiskan 9/10 umur gue di Jakarta ini tetep belum pernah sama sekali menyentuh yang namanya Blok M Plaza. Alhasil, jadilah gue orang yang buta arah, bertanya setiap 10 meter sekali untuk memperoleh kepastian kalau-kalau arah yang gue tempuh ini benar. Sesampainya di tempat, beberapa sudah datang duluan, Midun, Rere, dan Thiwy sudah ditempat, menimbang-nimbang pasnya nonton jam berapa, akhirnya diperoleh keputusan untuk menonton pukul 2.15.. dengan pertimbangan agar dapat makan siang dulu sebelum menonton.

Dan dengan tambahan Asril, Ayu, dan Sang-hee, rombongan menuju ke pizza hut, lama gue ga kesini :3, maka dari itu, gue tanpa ragu memesen makanan favorit gue, salad, diluar paket berempat. Membuat gue harus mengeluarkan uang tambahan, namun kalo emang doyan, mau dikata apa? Disini gue juga ketemu Tika, udah tau dia bakal dateng dari si Acit, jadinya, pas dia dateng, gue langsung narik narik dia buat meng-clearkan segala masalahnya. Sedikit penjelasan, dan beres. Yang penting itu komunikasi toh.. hak-hak.. kelar makan, akhirnya nonton Laskar Pelangi, dan sumpah, itu adalah Film Bioskop pertama gue di taun 2008 ini. Disamping menonton film memang bukan hobi gue, gue juga males pergi ke Bioskopnya, loh? karena, pergi ke Bioskop = pergi ke Mall = Alergi. Rite, gue sama sekali ga suka tempat yang semacem ini, menjauhkan diri semampu mungkin dari tempat yang bernama Mall atau apapun yang bentuknya sama dengan ituh. Maklum, mental kamar, Warteg, dan Warnet.

Oke, yang mengusulkan pertama kali itu memang gue, berusaha melawan segala perasaan berat hati untuk mengunjungi tempat-tempat macam ini untuk menonton Laskar Pelangi, Film yang diadaptasi Novel Andrea Hirata, yang saat gue baca itu bener-bener mengimaji gue dengan bermacam-macam hal. Tinggi, mungkin khayalan gue terlalu tinggi sampai-sampai gue cukup kecewa dengan Film-nya. yah, buku ratusan halaman dipadatkan menjadi Film berdurasi kurang lebih 2 jam. Tentu tidak bisa berharap lebih. Banyak adegan-adegan yang diubah, fokus cerita yang seharusnya memusat di kesepuluh anak melayu Belitong ini malah agak bergeser ke sang guru yang bisa dibilang agak mendramatisir. Ah.. Seingat gue, Laskar Pelangi bukanlah buku yang membuat orang membacanya terharu, tapi tersenyum kecil membayangkan kepolosan anak-anak SD pedalaman dalam menghadapi hidup.. menggambarkan bakat-bakat terpendam anak-anak melayu belitong yang tidak biasa. Menyiratkan bagaimana kehidupan mayarakat kecil di tengah-tengah tingginya tembok-tembok imperialisme yang menjulang tinggi mengelilingi mereka.. kehidupan keras a'la masyarakat terpencil.. itulah buku Laskar Pelangi yang gue baca..

Film selesai, sekali lagi, tidak menyesal, karena percuma toh menyesal yang ujung-ujungnya cuma menghasilkan ngedumel-ngedumel yang bikin lelah pikiran dan mulut. Rombongan memutuskan berjalan kembali, tapi tampaknya ada sedikit perseteruan saat grup yang menonton film tidak ditempat, entah gimana jelasnya, yang pasti salah satu anggota 'mogok gerak', hoho.. untungnya gue yang selalu berjalan dibelakang, memastikan semuanya oke-oke aja menyadari hal ini. Yang lain udah pada bergerak menjauh, tapi satu orang ini, si Midun memboikot gerak, ya udah, gue juga ikutan mogok sampe akhirnya yang duluan jalan sadar kalo ada yang ketinggalan dan balik lagi. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya mau juga jalan, manjanya kambuh toh :3.. (kidding mid, jangan detensi sayah ya ;) ). Gue boleh mogok jalan or kabur, tapi orang lain jangan, egois? pasti.

Dan tujuan berikutnya adalah mimpi buruk, photo studio.. God.. gue lebih milih lawan 5 kecoa sekaligus deh daripada harus melakukan itu. Yeah, silahkan bagi anda-anda sekalian yang ingin mengatakan saya sok cool, munafik, naif atau kata-kata lainnya, tapi memang gue sangat ngga bisa melakukan hal yang semacem itu. Bahkan foto buku kenangan pun gue ngga dateng. Alasannya gue sendiri ngga tau, foto-foto yang sifatnya ribet, formal, rumit begitu bakalan selalu gue jauhin sejauh-jauhnya. Dan tentunya gue ngga dilepaskan semudah itu, ditarik, didorong, bahkan hape dan tas gue dirampas sebagai sandra agar gue mau ikut. Hueh.. yaudah, terpaksa ngabur. Beberapa menit pertama gue keliling lantai tempat foto itu, sekedar bergerak dah, dan gue ngerasa ngga nyaman sama suasananya, sempet ngeliat Rere sebentar sebelum gue kabur ketempat parkir, dan belakangan gue tau kalo si Rere ini ngejar ampe ke lantai bawah, wew.. sori Re. Tempat parkir adalah pilihan yang bagus, sepi, dan di lantai atas sehingga punya view yang cukup bagus. Ngga membuat bosen lah nunggu sekian lama untuk menanti kelarnya yang lagi difoto.

Oke, semua kelar, tas balik, hape juga.. dan diperjalanan pulang, rombongan memutuskan makan yang ujungnya dibayarin sama Wahyu lagi.. hadoh.. Akhirnya pulang, ngga sempet ngobrol banyak sama orang yang dimaksud, *lirik-lirik lagi*, dan ternyata diketahui kalau emang dianya ngga biasa ngomong dengan orang yang baru dikenal, yasudahlah. di akhir, Asril yang kebingungan sama jalan pulan karena dah kemaleman, akhirnya nginep di rumah gue, sedikit banyak ngobrol soal IH, Hogsid dan gosip-gosip yang rada-rada asik juga dibicarain, hoho.. dan gue sebagai tuan rumah yang baik, memberikan kamar gue sepenuhnya buat Asril T_T, gue tidur di kamar Mbah gue bersama adek beralaskan Ubin dingin. gapapalah, demi kepuasan tamu. :). dan buat Tiwi, lebih ati-ati lagi ndoo.. masa kepalamu kejeduk dua kali dalam dua hari berturut turut? -_-

___________________________
Snapshots














State and Memoar

Filed Under ( ) by Pitiful Kuro on Tuesday, October 07, 2008

Posted at : 11:29 AM

Gue akan terus menulis, entah di blog ataupun tulisan tersebut akan masuk ke folder offline gue di Flashdisk satu-satunya atau mungkin akan gue letakkan dengan manis di folder pribadi yang terkunci rapat dan aman di bawah tempat tidur, gue akan terus menulis. Walaupun memang gue akui tulisan yang dibuat selama ini, entah yang memang dipublikasikan ataupun yang ngga, masih sama-sama berantakannya, masih sama-sama ngga menunjukkan hal apa yang gue sampein secara eksplisit dan jelas *lirik beberapa orang*, dan tentunya masih banyak—atau mungkin keseluruhannya masih berbau tidak enak, ehm.. maksudnya, masih membuat capek orang-orang yang membaca tulisan-tulisan tersebut.

“Buset dah tulisan lo iniih.. kasi tau gue tanggal bunuh diri lo ya!”

Please accept my gratitude, my dearest chairmate.. Ah.. seseorang yang mungkin sudah cukup dekat yang seharusnya sudah bertitel ‘teman’ berkata begitu setelah diizinkan membaca beberapa halaman awal folder yang emang sifatnya ‘Restricted’, terlarang, sensitif, dan memang dibuat bukan untuk konsumsi publik. Itu hanya sebuah percobaan untuk membiarkan orang lain mengelupas kulit-kulit gue yang sudah kelewat umur, sudah berkerak, dan ingin—dan memperkenankan seseorang mengelupasnya sedikit supaya dia bisa melihat seperti apa bagian dalam dari kulit yang sudah berkeropeng itu. Hasilnya, seperti yang bisa diliat diatas, apakah bunyinya bagus? Ah.. penyesalan selalu datang di akhir, sangat menyesal mungkin, tapi kulit tebal nan keras itu sudah ditarik dengan kasar, dengan muka yang menunjukkan ekspresi tidak percaya, takjub, jijik akan apa yang ia lihat dibalik kulit itu, dia berkata demikian.

Ironis memang, setiap saat gue selalu mengharapkan jawaban yang jujur, dari dalam hati, yang pertama kali dirasakan, selalu berkata “apapun yang akan lo ucapkan, akan gue terima dengan lapang dada”, tapi, disaat jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan harapan, hati rasanya terinjak, kepala benar-benar terasa ingin dipendam serata mungkin dengan tanah. Sumur, andaikan ada sumur, ingin rasanya meloncat kedalamnya.. ah.. serasa menjilat ludah sendiri bukan? Seperti mengeluarkan jantung sendiri lalu menginjaknya kuat-kuat.

Bukan salahnya berkata demikian, mungkin itu adalah pandangan paling objektif yang bisa dia berikan setelah melihat sesuatu yang mungkin diluar pikirannya, dua tahun kenal secara tidak langsung, sama sekali tidak memberikan gambaran buram akan apa-apa saja yang mungkin akan dia lihat saat membuka lapisan kulit tersebut. Setelah kata-kata yang setengah ejekan—setengah serius itu ia lontarkan dengan entengnya, kata-kata manis penghiburan mulai meluncur dari mulutnya. Aneh, dulu kata-kata kosong yang memang sayangnya sangat enak didengar itu selalu membuat kuping dan hati gue ini nyaman, belaian-belaian kata yang seolah mengelus pelipis gue dengan lembut penuh rasa peduli, walaupun gue emang tau kalau kata-kata itu ngga punya makna, ngga berisi, simpati sesaat yang diberikan seseorang karena rasa tidak enak hati mengetahui sesuatu yang berbau sangat busuk.. dalam artian lain, berusaha menutup kembali kulit yang sudah terbuka paksa dengan lem instan berbentuk kata-kata malaikat—yang kalo diingat-ingat lagi di masa sekarang, mungkin bakal gue sambut dengan menaikkan sebelah alis dan bekata “ngomong sana sama panci”. And mate, seberapa palsupun senyuman, kata-kata, dan keberadaan lo buat gue, gue sangat mengharapkan kehadiran lo, haha.. I think I must have been kissing a Troll fool (again)

Well.. two years have passed since that time, tidak mudah mencabut halaman-halaman yang seperti ini dari buku memori yang berada didalam kepala, banyak yang membekas, menggoda untuk meminta dibuka kembali dengan daya tariknya yang menakutkan, membayangi hari-hari yang seharusnya damai tenang dengan saripati-saripati ketakutan dan kenangan buruk akan masa lalu. Yah, tidak seharusnya terus diingat, tapi tidak sepatutnya dilupakan, karena sedikit banyak, kenangan-kenangan ini juga turut membentuk gue yang sekarang.