Live Life To The Fullest--Ya Kalee
Filed Under (For Remember ) by Pitiful Kuro on Sunday, April 03, 2011
Posted at : 4:54 AM
Life happens
Bisa balik nulis, bisa balik baca sebanyak yang gue mau itu kaya mimpi. Balik? Emang sebelumnya nggak bisa? Bisa aja, tapi niat menghadang. Pret. Mulai balik nulis-nulis cerpen kosong, balik nge-RP di Indohogwarts, dan bahkan udah bisa menghasilkan duit dikit-dikit dari tulisan sendiri. Uhuy. Hidup terasa tenang lempeng tanpa beban pikiran. Ada sih. Tapi dipikir sampai alis naik tiga senti juga ngga akan ada fitrahnya. Kadang sesuatu yang terjadi dalam hidup itu cukup sucks, and there is no hikmah to be taken. Terima aja lah dengan legowo.
Ngga ada beban, man. Ini perfect.
Ngomong apa yang gue mau, mengungkapkan pendapat yang ganjel di kepala, marah ketika emang pengen marah, nangis ketika emang pengen nangis. And voila. Ngga ada acara pundung suram-isme yang menghantui langit kamar gue kayak awan cumolonimbus turun derajat. Happy, dong. Suramnya kalau ribut ama pacar aja, hehek, selebihnya nggak perlu.
Soal ngomong, asik nih. Nggak memfilter apa-apa yang gue ucapin itu rasanya asik, lega, tenang. Peduli amat orang mau ngomong apaan, yang penting gue puas, maksud tersampaikan dan nggak cuma mandek di kepala, kalau mandek, hasilnya nanti kayak tulisan-tulisan dengan hashtag #galau di dalamnya doang. Titik. Mesum? Wadefak. Berapa kali sih seorang manusia mikirin toket, kontol, penis, vagina dalam sehari? Yang nggak pernah mikirin, pastilah frigid, dead fish. Nah, karena gue memutuskan untuk ngebuka segel diri beberapa bulan lalu, keluarlah kata-kata itu dari mulut dan jempol gue. Bedanya sama orang lain, paling soal tabu-enggaknya, tengsin-enggaknya, munafik-enggaknya. Baik mana coba, ketika gue ngeliat cewe yang belahan dadanya keliatan, terus gue bilang, “mbak, itu toketnya keliatan.”dibanding diem aja ngeliatin, horni, dan ngejadiin itu sebagai bahan onani malemnya? Ha!
Dan bisa ngelakuin apapun yang gue mau—dengan pertanggungjawaban.
Emangnya orangtua gue gak tau gue minum minuman beralkohol? Sori sori jek, penis gue masih pada tempatnya dan ngapain harus bo’ong untuk soal semacam itu doang? Emangnya gue nggak ngejelasin ke orang-orang kenapa gue memilih untuk nggak beribadah sesuai kaidah agama di KTP gue? Sori men, gue bukan tipe orang yang maksain diri solat hanya demi imej belaka, daripada nambah dosa. Terlalu jujur? Naif? Biarin, yang penting gue puas bisa hidup sesuai apa yang gue mau. Toh bukan urusan gue juga orang-orang itu mau berpendapat apa. Hihi, pasti yang baca tulisan ini langsung berasa suci.
No?
Ya apalah.
Bisa balik nulis, bisa balik baca sebanyak yang gue mau itu kaya mimpi. Balik? Emang sebelumnya nggak bisa? Bisa aja, tapi niat menghadang. Pret. Mulai balik nulis-nulis cerpen kosong, balik nge-RP di Indohogwarts, dan bahkan udah bisa menghasilkan duit dikit-dikit dari tulisan sendiri. Uhuy. Hidup terasa tenang lempeng tanpa beban pikiran. Ada sih. Tapi dipikir sampai alis naik tiga senti juga ngga akan ada fitrahnya. Kadang sesuatu yang terjadi dalam hidup itu cukup sucks, and there is no hikmah to be taken. Terima aja lah dengan legowo.
Ngga ada beban, man. Ini perfect.
Ngomong apa yang gue mau, mengungkapkan pendapat yang ganjel di kepala, marah ketika emang pengen marah, nangis ketika emang pengen nangis. And voila. Ngga ada acara pundung suram-isme yang menghantui langit kamar gue kayak awan cumolonimbus turun derajat. Happy, dong. Suramnya kalau ribut ama pacar aja, hehek, selebihnya nggak perlu.
Soal ngomong, asik nih. Nggak memfilter apa-apa yang gue ucapin itu rasanya asik, lega, tenang. Peduli amat orang mau ngomong apaan, yang penting gue puas, maksud tersampaikan dan nggak cuma mandek di kepala, kalau mandek, hasilnya nanti kayak tulisan-tulisan dengan hashtag #galau di dalamnya doang. Titik. Mesum? Wadefak. Berapa kali sih seorang manusia mikirin toket, kontol, penis, vagina dalam sehari? Yang nggak pernah mikirin, pastilah frigid, dead fish. Nah, karena gue memutuskan untuk ngebuka segel diri beberapa bulan lalu, keluarlah kata-kata itu dari mulut dan jempol gue. Bedanya sama orang lain, paling soal tabu-enggaknya, tengsin-enggaknya, munafik-enggaknya. Baik mana coba, ketika gue ngeliat cewe yang belahan dadanya keliatan, terus gue bilang, “mbak, itu toketnya keliatan.”dibanding diem aja ngeliatin, horni, dan ngejadiin itu sebagai bahan onani malemnya? Ha!
Dan bisa ngelakuin apapun yang gue mau—dengan pertanggungjawaban.
Emangnya orangtua gue gak tau gue minum minuman beralkohol? Sori sori jek, penis gue masih pada tempatnya dan ngapain harus bo’ong untuk soal semacam itu doang? Emangnya gue nggak ngejelasin ke orang-orang kenapa gue memilih untuk nggak beribadah sesuai kaidah agama di KTP gue? Sori men, gue bukan tipe orang yang maksain diri solat hanya demi imej belaka, daripada nambah dosa. Terlalu jujur? Naif? Biarin, yang penting gue puas bisa hidup sesuai apa yang gue mau. Toh bukan urusan gue juga orang-orang itu mau berpendapat apa. Hihi, pasti yang baca tulisan ini langsung berasa suci.
No?
Ya apalah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comment:
Post a Comment