Skinpress Demo Rss

Balada KA Parahyangan

Filed Under ( ) by Pitiful Kuro on Monday, May 03, 2010

Posted at : 2:19 PM


"EDDUUAN! GAK BERES INI!"

Itu adalah kalimat yang dilontarkan seorang bapak-bapak berusia 50an di stasiun Gambir, pasalnya pengumuman yang dipasang disebelah loket penjualan kereta api parahyangan membuatnya geram. Kereta api yang memfasilitasi hubungan antar Jakarta-Bandung PP itu akan diberhentikan mulai tanggal 27 april kemarin, hal ini menuai berbagai macam komentar dari beberapa kalangan, yang kebanyakan tentunya berupa protes dan ketidaksetujuan. Ya iya toh, kereta yang sudah mencapai tingkat ikonik tersebut tiba-tiba saja diberhentikan, tapi bukan tanpa alasan.

Minimnya jumlah penumpang yang menjadi permasalahan, bahkan dalam hari kerja, tidak sampai setengah dari jumlah tempat duduk kereta tersebut yang terisi, ini membuat PT. KA merugi hingga 6 Triliyun pada tahun lalu. Menjamurnya travel-travel yang melayani jalur Jakarta-Bandung adalah penyebab utamanya, dengan harga yang tidak jauh berbeda dari KA Parahyangan, para penumpang cukup menempuh hampir setengah waktu tempuh jika menggunakan KA Parahyangan. Jika dengan PArahyangan jarak tempuh bisa sekitar 3-4 jam, dengan travel yang melalui Tol Cipularang cukup menempuh sekitaran 2 jam saja.

Tapi bagi segelintir orang, travel yang menjamur tersebut masih bukanlah sebuah opsi, ada sebagian masyarakat yang masih lebih memilih untuk naik Parahyangan dibandingkan dengan naik travel. Sejauh yang saya tanya, alasan mereka pun tidak pernah berbau ekonomi, kebanyakan orang yang saya temui memilih naik kereta Parahyangan karena nyaman. Tidak hanya itu, bagi yang lainnya, KA Parahyangan punya nilai historisnya tersendiri bagi mereka-mereka, entah apa itu. Pihak-pihak inilah yang menyuarakan protes-protes atas pemberhentian jalur tersebut.

Pemberhentian ini bagi saya pribadi adalah sebuah dua buah ironi tersendiri. Setahu saya, KA Parahyangan adalah ikon pergerakan KA nasional, KA dengan lokomotif terbaik yang didatangkan dari Jepang serta gerbong-gerbongnya adalah KA Parahyangan yang pertama kali mempergunakannya, namun ketika sekarang justru sang ikon diberhentikan, bukankah menjadi ironi tersendiri bagi mereka yang mempunyai kenangan-kenangan dengan kereta tersebut?

Hal kedua yang membuat saya miris adalah, ketika negara-negara maju berlomba dalam teknologi transportasi massal, Indonesia justru malah kembali ke metode angkutan pribadi. Jepang dan sebagian besar negara di eropa mengandalkan kereta, baik subway ataupun yang biasa, sebagai mode transportasi utama di negaranya, tapi masyarakat Indonesia justru lebih menyukai travel yang jelas-jelas mengonsumsi bahan bakar fosil yang lebih banyak—jika dibandingkan dengan KA dan jumlah penumpang yang dapat diangkut.

Namun ada secercah harapan bagi mereka yang masih ngotot ingin bernostalgi memandangi pegunungan kapur padalarang, atapaun perbukitan indah purwakarta. PT KA memberikan solusi yang menurut saya cukup brilian mengenai minimnya jumlah penumpang serta rencana penutupan jalur tersebut. Kabar angin yang beredar seputar penghapusan KA Parahyangan dan hanya akan digantikan oleh KA Argo Gede tidak sepenuhnya benar, ternyata PT KA justru menggabungkan kedua kereta tersebut menjadi KA Argo Parahyangan. KA ini sendiri memiliki gerbong dari kedua kereta tadi, 2 gerbong bisnis parahyangan, 2 gerbong eksekutif parahyangan, dan terakhir ada 2 gerbong eksekutif argo gede.

Kesan saya saat menggunakan KA Argo Parahyangan kemarin tidak jauh berbeda ketika saya menggunakan KA Parahyangan dulu (saya naik kelas bisnis), saya masih dapat merokok di bordes sesuka saya, membuka pintu bila memungkinkan, dan mengobrol dengan orang asing sesuai dengan hobi saya. Hanya saja, jika PT KA tidak ingin merugi lebih banyak lagi, peremajaan jalur serta revitalisasi kereta agaknya cukup diperlukan. Pasalnya jalur yang amblas semenjak insiden Sukatani, Purwakarta masih belum pulih sepenuhnya. Kereta masih harus melaju dengan amat perlahan—dengan sensasi thrilling yang cukup menegangkan ketika melewati daerah tersebut.

Ketika PT. KA sudah dapat menyelesaikan PR tersebut, bukan tidak mungkin pelanggan-pelanggan lama yang telah pindah hati ke Travel kembali lagi untuk bernostalgi dengan KA dari Bumi Parahyangan ini.

0 comment: