Stranger's Talk
Filed Under (From My Mind ) by Pitiful Kuro on Tuesday, November 18, 2008
Posted at : 1:23 PM
Stranger’s Talk, secara etimologi stranger’s berarti orang asing (jamak?), dan talk Ya sudah jelas, bicara, ngomong. Jadi dapat disimpulkan bahwa Stranger’s Talk adalah orang asing yang berbicara. Jah.. cukup basa-basi-najis-sok-ilmiah-nya gue rasa. Dalam kamus gue, atau definisi Stranger’s Talk menurut gue adalah saat-saat kita (dalam arti ini, gue tentunya) berbicara sesuatu hal dengan orang yang belum pernah kita kenal sebelumnya, tanpa ada latar apapun yang membuat kita dapat berbicara dengan orang asing tersebut, dan sesuatu itu dapat berupa apapun, pembicaraan basa-basi (smooth talk), yang serius, atau bahkan penginputan informasi-informasi baru.
Secara jujur, berbicara dengan orang asing itu jauh lebih nikmat, lebih tenang, dan lebih jujur. Karena mereka nggak mengenal siapa sebenarnya, apa latar belakangnya, dan 'apa' gue ini. Contoh sederhananya, pasti siapapun yang terlahir di dunia ini, dan merupakan makhluk sosial, pernah menanyakan-paling-nggak alamat/nama tempat ke orang yang ada dijalan, itulah stranger's talk, tapi dalam konteks yang dimaksudkan disini adalah sesuatu yang lebih mendalam lagi daripada sekedar menanyakan sesuatu secara sekilas, obrolan katakanlah demikian. Mengubah suasana dingin antara orang asing dengan orang asing menjadi obrolan antar kerabat dekat.
Tentunya, ada poin-poin variabel penilaian tertentu dengan siapa gue akan melakukan onrolan orang asing ini, tidak ke semua orang tentunya. Bagi gue, obrolan ini akan sangat-sangat-sangat menyenangkan apabila dilakukan dengan orang yang mempunyai spesialisasi di bidang tertentu dan sudah berpengalaman dalam bidang tersebut, bisa dikatakan, orang-orang yang sangat ingin gue ajak mengobrol adalah orang yang berusia diatas 50an atau punya spesialisasi tertentu. Apabila salah satu dari dua poin diatas terpenuhi, maka itu sudah lebih dari cukup, dan alangkah baiknya apabila dua poin itu terpenuhi.
Sering, karena gue adalah orang yang cukup suka melakukan perjalanan, maka lumayan sering juga gue melakukan pembicaraan sama orang asing, selintas, hanya saat itu dan selesai. Dan yah, banyak yang bisa gue dapet dari obrolan 2-3 jam perjalanan ini dengan orang baru. Saat gue pulang ke Bandung naek kereta, gue dapet tempat duduk, dan emang dasar mental rakyat jelata, gue ngga tempatin itu tempat duduk dan memilih untuk duduk di bordes, yeah. Disitu gue ketemu bapak-bapak berumur kira-kira 75 tahun, sama, dia juga duduk di bordes, gue sapa, dan tanya-tanya sekilas, ternyata dia baru aja mengurus pensiun dia di stasiun Kota. Weh, memang, mengobrol dengan orang yang sudah cukup berumur itu harus lebih jelas, karena pendengaran si bapak ini udah cukup menurun (iyalah, kerja di KA 55 tahun oi). Dia pernah masuk Unpad tapi keluar karena diterima di PT KA, lebih jelas prospek kerjanya, kata si Bapak.
Si bapak, punya 5 anak dan sebelas cucu, kesemuanya udah kerja dan udah keluar dari rumah (nikah), cukup miris, lima anak berpenghasilan tapi si bapak ini masih aja kerja sampai umur 70an, hoh, mudah-mudahan gue bisa menopang si Ibu nanti. Oh ya, bekel si bapak cuma air putih dalam bekas minuman kemasan dan itupun udah tinggal dikit, maka ya gue beliin aja minuman, dan sebagai gantinya, gue mendapat informasi-informasi yang cukup berguna buat gue. Kaya jalur kereta ekonomi bandung-jakarta, mantep info yang satu ini, kereta ekonomi yang berangkat di stasiun cibatu jam 05.00, sampai di Bandung jam 7, dan langsung berangkat ke stasiun Jayakarta (atau apalah, lupa), trus dari stasiun itu disambung lagi sama kereta ekonomi juga sampai ke Beos (kota). Dan bagian yang paling gue suka adalah, kedua kereta itu berhenti di SEMUA stasiun yang dilewatinnya, MANTEP. Suatu saat gue harus naek kereta ini (jiwa petualang terumbar keluar). Makasi pak infonya. Dan sampai akhir tiba di stasiun bandung, kami (gue dan si bapak), bahkan ngga tau nama masing-masing, itulah esensi dari Stranger's Talk, tidak perlu ada yang namanya latar belakang, cukup informasi dan obrolan, maka itu cukup.
Kurang lebih begitulah. Semakin tespesialisasi orang tersebut, maka semakin menyenangkan dan banyak pula info yang gue dapet. Dan pilihlah dengan selektif siapa yang akan diajak ngobrol, gue pernah mengajak ngobrol preman, dan copet, tapi bukan disaat mereka akan menjalankan spesialisasi mereka, bisa jebol itu kantong nanti. gue juga pernah ngobrol sama Homo, tapi jangan pas mereka lagi mengumbar nafsu, bisa ngga perjaka lagi ntar gue. Gue pernah ngobrol sama penjaga SPBU disaat gue long march ke bogor tengah malem, tapi bukan disaat mereka lagi tugas, bisa disemprot premium kau nanti. Intinya, liat lawab yang akan diajak bicara, baru maju. Mudah. Dan lagi.. mudah mungkin buat cowo, tapi sulit buat cewe, entah kenapa, gue juga ngga pernah ngobrol dengan orang asing yang cewe, ngeri disangka negatif duluan, jadi? Apakah perempuan lebih mudah curiga daripada laki-laki? Iya kayanya.. Adoh.. badan sakit semua, alamat sakit nih gueee...
Hal lain, yah, UTS udah kelar, dengan dua mata kuliah yang UTS terakhir gue baru belajar bener-bener, konyol. Dan untuk statistik deskriptif terkutuk, kayanya gue harus bener-bener buka mata, buka telinga, buka otak untuk bisa sukses di pelajaran ini, yeap.
Secara jujur, berbicara dengan orang asing itu jauh lebih nikmat, lebih tenang, dan lebih jujur. Karena mereka nggak mengenal siapa sebenarnya, apa latar belakangnya, dan 'apa' gue ini. Contoh sederhananya, pasti siapapun yang terlahir di dunia ini, dan merupakan makhluk sosial, pernah menanyakan-paling-nggak alamat/nama tempat ke orang yang ada dijalan, itulah stranger's talk, tapi dalam konteks yang dimaksudkan disini adalah sesuatu yang lebih mendalam lagi daripada sekedar menanyakan sesuatu secara sekilas, obrolan katakanlah demikian. Mengubah suasana dingin antara orang asing dengan orang asing menjadi obrolan antar kerabat dekat.
Tentunya, ada poin-poin variabel penilaian tertentu dengan siapa gue akan melakukan onrolan orang asing ini, tidak ke semua orang tentunya. Bagi gue, obrolan ini akan sangat-sangat-sangat menyenangkan apabila dilakukan dengan orang yang mempunyai spesialisasi di bidang tertentu dan sudah berpengalaman dalam bidang tersebut, bisa dikatakan, orang-orang yang sangat ingin gue ajak mengobrol adalah orang yang berusia diatas 50an atau punya spesialisasi tertentu. Apabila salah satu dari dua poin diatas terpenuhi, maka itu sudah lebih dari cukup, dan alangkah baiknya apabila dua poin itu terpenuhi.
Sering, karena gue adalah orang yang cukup suka melakukan perjalanan, maka lumayan sering juga gue melakukan pembicaraan sama orang asing, selintas, hanya saat itu dan selesai. Dan yah, banyak yang bisa gue dapet dari obrolan 2-3 jam perjalanan ini dengan orang baru. Saat gue pulang ke Bandung naek kereta, gue dapet tempat duduk, dan emang dasar mental rakyat jelata, gue ngga tempatin itu tempat duduk dan memilih untuk duduk di bordes, yeah. Disitu gue ketemu bapak-bapak berumur kira-kira 75 tahun, sama, dia juga duduk di bordes, gue sapa, dan tanya-tanya sekilas, ternyata dia baru aja mengurus pensiun dia di stasiun Kota. Weh, memang, mengobrol dengan orang yang sudah cukup berumur itu harus lebih jelas, karena pendengaran si bapak ini udah cukup menurun (iyalah, kerja di KA 55 tahun oi). Dia pernah masuk Unpad tapi keluar karena diterima di PT KA, lebih jelas prospek kerjanya, kata si Bapak.
Si bapak, punya 5 anak dan sebelas cucu, kesemuanya udah kerja dan udah keluar dari rumah (nikah), cukup miris, lima anak berpenghasilan tapi si bapak ini masih aja kerja sampai umur 70an, hoh, mudah-mudahan gue bisa menopang si Ibu nanti. Oh ya, bekel si bapak cuma air putih dalam bekas minuman kemasan dan itupun udah tinggal dikit, maka ya gue beliin aja minuman, dan sebagai gantinya, gue mendapat informasi-informasi yang cukup berguna buat gue. Kaya jalur kereta ekonomi bandung-jakarta, mantep info yang satu ini, kereta ekonomi yang berangkat di stasiun cibatu jam 05.00, sampai di Bandung jam 7, dan langsung berangkat ke stasiun Jayakarta (atau apalah, lupa), trus dari stasiun itu disambung lagi sama kereta ekonomi juga sampai ke Beos (kota). Dan bagian yang paling gue suka adalah, kedua kereta itu berhenti di SEMUA stasiun yang dilewatinnya, MANTEP. Suatu saat gue harus naek kereta ini (jiwa petualang terumbar keluar). Makasi pak infonya. Dan sampai akhir tiba di stasiun bandung, kami (gue dan si bapak), bahkan ngga tau nama masing-masing, itulah esensi dari Stranger's Talk, tidak perlu ada yang namanya latar belakang, cukup informasi dan obrolan, maka itu cukup.
Kurang lebih begitulah. Semakin tespesialisasi orang tersebut, maka semakin menyenangkan dan banyak pula info yang gue dapet. Dan pilihlah dengan selektif siapa yang akan diajak ngobrol, gue pernah mengajak ngobrol preman, dan copet, tapi bukan disaat mereka akan menjalankan spesialisasi mereka, bisa jebol itu kantong nanti. gue juga pernah ngobrol sama Homo, tapi jangan pas mereka lagi mengumbar nafsu, bisa ngga perjaka lagi ntar gue. Gue pernah ngobrol sama penjaga SPBU disaat gue long march ke bogor tengah malem, tapi bukan disaat mereka lagi tugas, bisa disemprot premium kau nanti. Intinya, liat lawab yang akan diajak bicara, baru maju. Mudah. Dan lagi.. mudah mungkin buat cowo, tapi sulit buat cewe, entah kenapa, gue juga ngga pernah ngobrol dengan orang asing yang cewe, ngeri disangka negatif duluan, jadi? Apakah perempuan lebih mudah curiga daripada laki-laki? Iya kayanya.. Adoh.. badan sakit semua, alamat sakit nih gueee...
Hal lain, yah, UTS udah kelar, dengan dua mata kuliah yang UTS terakhir gue baru belajar bener-bener, konyol. Dan untuk statistik deskriptif terkutuk, kayanya gue harus bener-bener buka mata, buka telinga, buka otak untuk bisa sukses di pelajaran ini, yeap.