Two in the morning.
Hitungannya pagi, tapi langit masih gelap, dengan pertimbangan gue ngga suka pagi tapi begitu cinta sama yang namanya malam, sikap apakah yang harus gue tunjukkan? Benci bilang cinta? Oh no, itu mah lagunya Radja *Dadadamn Dadadamn, Hoi!*. yang manapun deh. Hehe.
Harusnya gue rehat, badan ngga enak, kepala ngawang, mata berair dan.. tangan gemeter. Oh ya, sensasi yang terakhir itu sih gue dapetin dari kopi, yeaa, disaat gue harusnya memeluk bantal gue malah minum kopi, kayanya jantung yang bercokol di tubuh gue harus banyak-banyak bersabar, tuannya serabutan. Dan kalau ditanya kenapa gue begadang, terus gue jawab ‘emang lagi pengen aja’, percaya? Yang percaya justru aneh. Bahkan ketika gue menganggap ‘emang lagi pengen aja’, gue ngga yakin itu alasannya. Semua yang ada di dunia ini bertumpu pada hukum kausalitas, bukan? Ada akibat, maka harus ada sebab. Kenapa Bianca Reina Springfield sakit? Karena kemarin sore dia bermain hujan di danau hitam.
Kepakan sayap kupu-kupu dapat menimbulkan badai di belahan dunia lain. Bisa saja, dan mungkin ada hal yang gue tekan ke alam bawah sadar, dan akhirnya termanifestasikan kedalam bentuk kegiatan yang gue namakan 'begadang'. Expanding possibilities ngga berlaku, karena setelah gue mengeliminasi kesemua yang mungkin, jawaban yang paling masuk akal adalah jawaban yang paling najis dan menye-menye, gue anti (haha). Yah, apapun alasannya, yang penting gue harus menikmati masa-masa melek ekstra gue beberapa jam ke depan, dan mikirin gimana supaya ini kepala kaga lepas dari tempatnya, punyeeng..
**
“Heh, dunia ngga berputar dengan elo sebagai porosnya, tau!?”
Itu pasti kata-kata yang sangat familiar ya di telinga anak IH. Kalimat yang ditujukan kepada mereka yang dianggap egois kelewatan, kepada mereka yang mentitelkan diri sebagai drama queen tingkat lebay, mengemis belas kasihan orang, dan memposisikan diri mereka sendiri ke tingkat tertinggi. Kalimat itu ditujukan kepada orang-orang yang demikian. Kalimat itu sangat sering muncul entah di status YM anak-anak IH, ataupun blog mereka masing-masing. Memprotes secara tidak langsung penyimpangan yang kebablasan, entah dalam birokrasi IH, ataupun dalam RP. Dan memang benar, ada beberapa orang yang memang memperlihatkan dengan jelas bahwa mereka dengan segala tingkahnya pantas untuk diberikan kalimat tersebut, tapi ada juga yang mungkin ngga memenuhi kriteria, tapi apes kena kalimat itu.
Oh ya, gue pun pernah dikatai demikian. Dan sampai sekarang, alasannya gue sama sekali ngga tau. Konsep gue, bahwa gue—badan tiga dimensi dengan tambahan nyawa didalamnya ini adalah sebutir pasir, yang sama dengan jutaan butiran pasir lainnya. Nah, bagian mananya yang yang bisa disebut egois? Gue cukup sinis self sentris sampai-sampai kalau ada yang salah—gue ngga pernah berani untuk menengok ke orang lain untuk menuduh, tengok ke diri sendiri, dan mungkin itu salah gue. Gue ngga pernah menghalangi jalan orang untuk maju, jika dia satu jalur sama gue, maka gue akan dengan senang hati untuk mundur sebentar, membiarkan orang itu lewat, barulah gue kembali berjalan dengan tenang. Dan seinget gue sih, gue ngga pernah minta dikasihanin, yang ada mah gue minta ditampar biar gue bisa bangun lebih cepet daripada harus bermelankolis-najis ria dulu. Oh, gue selalu terlihat muram? Maaf aja, berada dalam titik nadir itu udah menjadi kebiasaan, paham alone but not lonely yang gue anggap ideal dulu membentuk gue menjadi seperti sekarang, haha, salah langkah.
Nah? Bagian mananyaa?
Gue cukup paham dengan konsep tersebut, dan gue sama sekali ngga menemukan bahwa gue masuk ke kriteria yang pas untuk dikatai demikian. Bahkan hal yang bisa membuat gue menggaruk-garuk tanah sedemikian ekstrimnya itu adalah soal hubungan dengan orang lain! Memburuk, maka pikiran gue ngga akan lepas dari hal itu untuk beberapa hari kedepan. Rere mungkin bener, badan gue nyusut karena kebanyakan mikir rekanan RW, gimana hubungan dengan mereka, dan gimana caranya untuk menambah kualitas hubungan tersebut. Sama dengan seseorang, gue ngga akan bisa ketawa kalau ada satu orang aja yang muram, ga enak, dan bawaannya pengen menyamakan lantai dengan orang tersebut. Sekali lagi, mananya?
Setengah empat? Harus tidur kayanya..
Oh ya, selamat untuk dia yang jauh disana, udah ketemu yang pas ya? Semoga langgeng dan lancar, gue turut berbahagia dan berdoa selalu, amen.
Hitungannya pagi, tapi langit masih gelap, dengan pertimbangan gue ngga suka pagi tapi begitu cinta sama yang namanya malam, sikap apakah yang harus gue tunjukkan? Benci bilang cinta? Oh no, itu mah lagunya Radja *Dadadamn Dadadamn, Hoi!*. yang manapun deh. Hehe.
Harusnya gue rehat, badan ngga enak, kepala ngawang, mata berair dan.. tangan gemeter. Oh ya, sensasi yang terakhir itu sih gue dapetin dari kopi, yeaa, disaat gue harusnya memeluk bantal gue malah minum kopi, kayanya jantung yang bercokol di tubuh gue harus banyak-banyak bersabar, tuannya serabutan. Dan kalau ditanya kenapa gue begadang, terus gue jawab ‘emang lagi pengen aja’, percaya? Yang percaya justru aneh. Bahkan ketika gue menganggap ‘emang lagi pengen aja’, gue ngga yakin itu alasannya. Semua yang ada di dunia ini bertumpu pada hukum kausalitas, bukan? Ada akibat, maka harus ada sebab. Kenapa Bianca Reina Springfield sakit? Karena kemarin sore dia bermain hujan di danau hitam.
Kepakan sayap kupu-kupu dapat menimbulkan badai di belahan dunia lain. Bisa saja, dan mungkin ada hal yang gue tekan ke alam bawah sadar, dan akhirnya termanifestasikan kedalam bentuk kegiatan yang gue namakan 'begadang'. Expanding possibilities ngga berlaku, karena setelah gue mengeliminasi kesemua yang mungkin, jawaban yang paling masuk akal adalah jawaban yang paling najis dan menye-menye, gue anti (haha). Yah, apapun alasannya, yang penting gue harus menikmati masa-masa melek ekstra gue beberapa jam ke depan, dan mikirin gimana supaya ini kepala kaga lepas dari tempatnya, punyeeng..
**
“Heh, dunia ngga berputar dengan elo sebagai porosnya, tau!?”
Itu pasti kata-kata yang sangat familiar ya di telinga anak IH. Kalimat yang ditujukan kepada mereka yang dianggap egois kelewatan, kepada mereka yang mentitelkan diri sebagai drama queen tingkat lebay, mengemis belas kasihan orang, dan memposisikan diri mereka sendiri ke tingkat tertinggi. Kalimat itu ditujukan kepada orang-orang yang demikian. Kalimat itu sangat sering muncul entah di status YM anak-anak IH, ataupun blog mereka masing-masing. Memprotes secara tidak langsung penyimpangan yang kebablasan, entah dalam birokrasi IH, ataupun dalam RP. Dan memang benar, ada beberapa orang yang memang memperlihatkan dengan jelas bahwa mereka dengan segala tingkahnya pantas untuk diberikan kalimat tersebut, tapi ada juga yang mungkin ngga memenuhi kriteria, tapi apes kena kalimat itu.
Oh ya, gue pun pernah dikatai demikian. Dan sampai sekarang, alasannya gue sama sekali ngga tau. Konsep gue, bahwa gue—badan tiga dimensi dengan tambahan nyawa didalamnya ini adalah sebutir pasir, yang sama dengan jutaan butiran pasir lainnya. Nah, bagian mananya yang yang bisa disebut egois? Gue cukup sinis self sentris sampai-sampai kalau ada yang salah—gue ngga pernah berani untuk menengok ke orang lain untuk menuduh, tengok ke diri sendiri, dan mungkin itu salah gue. Gue ngga pernah menghalangi jalan orang untuk maju, jika dia satu jalur sama gue, maka gue akan dengan senang hati untuk mundur sebentar, membiarkan orang itu lewat, barulah gue kembali berjalan dengan tenang. Dan seinget gue sih, gue ngga pernah minta dikasihanin, yang ada mah gue minta ditampar biar gue bisa bangun lebih cepet daripada harus bermelankolis-najis ria dulu. Oh, gue selalu terlihat muram? Maaf aja, berada dalam titik nadir itu udah menjadi kebiasaan, paham alone but not lonely yang gue anggap ideal dulu membentuk gue menjadi seperti sekarang, haha, salah langkah.
Nah? Bagian mananyaa?
Gue cukup paham dengan konsep tersebut, dan gue sama sekali ngga menemukan bahwa gue masuk ke kriteria yang pas untuk dikatai demikian. Bahkan hal yang bisa membuat gue menggaruk-garuk tanah sedemikian ekstrimnya itu adalah soal hubungan dengan orang lain! Memburuk, maka pikiran gue ngga akan lepas dari hal itu untuk beberapa hari kedepan. Rere mungkin bener, badan gue nyusut karena kebanyakan mikir rekanan RW, gimana hubungan dengan mereka, dan gimana caranya untuk menambah kualitas hubungan tersebut. Sama dengan seseorang, gue ngga akan bisa ketawa kalau ada satu orang aja yang muram, ga enak, dan bawaannya pengen menyamakan lantai dengan orang tersebut. Sekali lagi, mananya?
Setengah empat? Harus tidur kayanya..
Oh ya, selamat untuk dia yang jauh disana, udah ketemu yang pas ya? Semoga langgeng dan lancar, gue turut berbahagia dan berdoa selalu, amen.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comment:
Post a Comment