Skinpress Demo Rss

Don! Dan Ultimatum Untuk Kedepannya.

Filed Under () by Pitiful Kuro on Sunday, May 03, 2009

Posted at : 9:23 PM

08.30 Wib, malam.

Gue baru sampe (lagi) di Bandung. Setelah perjalanan 3 jam setengah via kereta (yang katanya) express Parahyangan. Gue duduk manis didepan komputer, dengan sendawa-sendawa beruntun yang berbunyi layaknya guntur, perut merintih perih, maag datang tanpa pamrih. Malam ini, gue harus menghabiskan 2 (dua) liter susu yang gue bawa dari jakarta. Karena susu kemasan macem ini ngga tahan lama, 24 jam udah cukup membuat susu kemasan jadi basi jika disimpan di suhu kamar. Perut kosong, diisi susu, ngga heran kalau besok pagi gue bakal diare, setia menunggui WC sampai tugas tertuntaskan.

Perut dikosongkan secara nekat, memaksa otak berpikir laknat. Oh ya, gue tipe orang yang ngga bisa berpikir jernih disaat kenyang, kenyang cuma bikin otak tumpul, sama halnya dengan rajin menyapu tubuh memakai sabun, akan ada hal yang hilang. Sori, tentunya bukan bermaksud jorok, memang gue paling anti sama sabunan saat mandi, tapi badan tetep gue gosok secara manual. Seperti yang gue bilang tadi, memakai sabun pasti akan ada yang hilang dari tubuh (ehm, maksud gue bukan daki). Konyol memang, tapi gue merasa insting gue jadi tumpul jika sabunan, ataupun memakai wangi-wangian lainnya macem parfum atau colonge.

Gue hanya merasa harus berpikir lebih belakangan ini. Beberapa hal datang beruntun tanpa memandang gue sebagai manusia biasa, karenanya, gue diharuskan berkecenderungan meningkatkan insting dan daya pikir sampai batas maksimum. Gaya? Haha, terserah, gue merasa harus demikian.

Sekarang... semua udah selesai, kepulangan gue ke jakarta karena beberapa hal pun sudah selesai, entah dengan baik, atau penuh coretan merah menunjukkan hasil angka dibawah 5. Tidak merajuk, hanya diam, tidak bersuara, tanpa gerakan bermakna, satu dua tanggapan sekedarnya yang berada di garis netral. Bermakna ganda, bisa setuju, bisa juga tidak. Tapi semua sudah beres, tinggal menerima dengan senyuman renyah berpura ramah. Hati menari salsa, selebrasi bisu tidak berduka, tidak tertawa. Senyum dicap terlarang, durjana itu sama saja malang, ini bukan puisi, hanya deretan kata ambigu bermakna basi.

Seminggu ini gue capek, stamina ditarik ke batas yang telah direduksi asupan gizi. Secara fisik gue mencapai batasan diluar kebiasaan. Secara mental, jiwa sudah dijatuhkan, dibanting, ditenggelamkan, dan dijorokin ke jurang yang lumayan dalam. Untuk fisik, no comment, ngga tertolong. Untuk mental, gue berterimakasih kepada beberapa orang khusus yang kesediaannya gue minta baik secara sadar ataupun engga untuk membantu gue. Ada yang keberadaannya sudah lebih dari cukup untuk mensupplai kekuatan tambahan, yang dengan melihatnya saja gue merasa bisa membuat kuda teji pingsan dalam satu pukulan. Ada yang mau membantu tapi ngga tau caranya (haha, sejujurnya gue sebel sama orang yang ini nih). Dan ada juga yang mau berbaik hati memberikan tamparan terbaiknya tepat kemuka gue yang lagi limbung beberapa waktu lalu, yang cercaannya menembus jantung menjebol otak, yang omelannya bikin yang segan hidup menjadi yakin buat mampus (haha), yang entah bagaimana, dengan niat membunuh yang keluar dari dia malah membuat gue makin bernafsu untuk melewati hal ini dengan sekali loncat (sumpah, gue cinta elo, say, makin CINTA! HAHA).

So? Say g’bye for this familiy shitty thingy. Level up!

**

*Lirik postingan di atas* haha, lagi-lagi bentuknya tulisan geje yang ujungnya tetep sama, tentang gue lagi. A few times ago, my chatbox was visited by an old comrade from my highschool. Please let me introduce you, Ariau Akbar. Dia, yang mencoba konsep blogger ‘berisi’, membuat blog dengan tujuan public jurnalism. Yang isinya diusahakan berupa informasi bermutu yang bisa dicerna oleh semua orang—tidak seperti entri diatas yang mungkin hanya bisa diterjemahkan kedalam persepsi sama dengan penulisnya oleh beberapa orang saja.

Tujuan yang mulia ya? Sementara gue? Tulisan yang ‘berisi’ pun berjumlah hitungan jari, padahal blog ini udah berjalan dari tahun 2007 akhir, setahun setengah lebih sedikit. Yah, itu usulan yang sangat bagus. Gue akan mengusahakan untuk lebih banyak memuat tulisan yang ada isinya—yang tentu dengan bahasa gue sendiri, toh itu inti dari public jurnalism ya? Katanya sih, untuk jenis tulisan macem itu, Wordpress lebih ramah untuk digunakan, hanya aja, gue udah pewe sama tampilan blogspot yang pengaturannya uiser friendly. Jadi? Mungkin perubahannya hanya sebatas memperbanyak tulisan dengan jenis tersebut dan men’tag’nya dengan tag tertentu. Sip.

0 comment: