Skinpress Demo Rss

Somewhere Over The Limit

Filed Under ( ) by Pitiful Kuro on Monday, March 09, 2009

Posted at : 12:27 AM

*wung.*

Pulang, menapaki jalan sempit gelap yang itu-itu lagi. Phew, kondisi saat ini, sedikit gemetar di bagian kaki, kayanya. Rumah kos mulai tampak memenuhi retina, dan dalam hitungan ke tigapuluh, gue udah duduk didepan komputer. Sementara start up, gue memasang alat yang sedari tadi gue kangenin pada tempatnya, pemanas air. Yup, sudah dipasang.

*gelas ke tiga*

Ada sesuatu yang baru aja gue sadari. Yaitu, perbedaan antara rokok dan kopi. Gue sih mengira secara keuntungan dan kerugian mengkonsumsi kedua benda ini sama aja. Toh gue juga udah mencoba keduanya—yang mana masing-masing itu cukup intens, dan sepertinya gue menganggap kalau kedua benda yang orang bilang banyakan negatifnya ini berefek sama. Aih, mari gue jelaskan dari sudut pandang tidak kapabel ini.

Buat gue, kopi dan rokok itu mempunyai kegunaan yang sama. Membuat kita (atau mungkin, gue lebih tepatnya) bisa berpikir jernih, dan bisa menetralkan pola pikir terhadap masalah ke dalam posisi yang lebih tenang. Yea. Itu betul. Disaat gue lagi galau-galaunya, baik rokok maupun kopi bisa memberikan sesuatu yang ngga bisa hal lain berikan. Katarsis terselubung, atau katarsis satu pihak, gampangnya, serasa menceritakan beban kita ke sesuatu bentuk yang tidak eksis dan tentunya memberikan sensasi yang nyaris sama besar seperti kita benar-benar telah curhat kepada seseorang. *ehem, empat*. Namun gue menemukan perbedaan yang cukup besar diantara kedua katarsis semu ini.

Pada rokok. Ini yang biasa dijadikan kebanyakan orang sebagai sarana untuk melupakan masalah mereka. Sensasi dari merokok, hati terasa tenang, kepala rasanya enteng, dan pikiran jadi lebih jernih daripada biasanya, serta, daya konsentrasi sepertinya juga melonjak tajam beberapa level. Wow, menyenangkan rasanya ya? Sangat solutif sekali kan? Jadi jangan heran andaikata banyak orang yang memutuskan untuk merokok dengan alasan “bisa melupakan masalah,” atau “kayanya, pikiran jadi lebih tenang aja gitu,” hm, jangan heran. Tapi dibalik kesemua keuntungan tersebut, gue pribadi merasakan kekurangan dari merokok. Oh ya, tentu ada kekurangannya, kan? Ngga liat tuh di bungkusnya? Jantung, kanker, gangguan kehamilan and so on and so on. Banyak. Tapi itu untuk orang pada umumnya. Bagi gue, justru kekurangan dari rokok itu ya tadi, kepala jadi berasa lebih enteng dari biasanya, dan gue kurang suka. Gue lebih milih untuk merasa pusing dan kepala serasa berat daripada merasa kepala ini jadi enteng gila-gilaan—yang mana, justru itulah yang dijargonkan orang-orang yang merasa memiliki keuntungan dari menghisap barang terkutuk ini “kepala gue jadi berasa enteng,”.



Plus, kekurangan lain dari merokok bagi gue pribadi. Merokok itu hanya memberikan sensasi tenang (yang bahkan, rasa tenangnya itupun ngga enak buat gue) sesaat. Tengok dua tiga jam setelah sesi merokok gue selesai. Maka akan ditemukan gue sedang meringkuk di kasur, kepala pening luar biasa, perut mual, dan keseluruhan badan ngga enak. That’s it. Sangat semu. Lagipula, daripada membuat masalah terpikirkan dengan jernih, yang ada malah kita jadi lupa sama masalahnya saking jadi tenangnya pikiran.

*gelas keenam*

Lalu bagaimana dengan kopi? Hitam, pahit, manis, panas, dingin. Banyak macemnya. Sedangkan sensasi yang kopi berikan? Jantung berdegup lebih cepat daripada biasanya, mata terasa terang, dan dalam dosis yang lebih tinggi dapat membuat badan jadi gemetar. Woh? Daripada rokok, sepertinya kopi lebih memberikan sensasi yang lebih negatif ya? Sepertinya demikian. Soal keuntungannya, gue baru aja menyadari di perjalanan pulang dari gathering IH tadi, yea, ternyata lebih memberikan sensasi (yang gue anggep) positif. Jantung yang berdegup cepat, kepala yang serasa bertambah berat, dan ketidaktenangan yang didapat dari gemetar badan. Itu semua dikombinasikan menjadi suatu bentuk konsentrasi luar biasa yang membuat kita bisa memikirkan banyak hal dengan kepala super jernih. Kalau rokok memberikan ketenangan yang teramat sangat sampai kita lupa sama masalah. Kopi berkata lain, dia memberikan sensasi yang membuat kita teringat dan ingin menyelesaikan hal-hal yang sedang mengganggu pikiran. Jenius.



*ceklek*

*err.. ketujuh*

Lagipula, sampai detik ini gue masih ngga menemukan kenikmatan dari sebatang rokok. Hanya sensasi ketenangan semu tadi yang gue rasa. Gue pun masih heran sama orang-orang yang begitu getolnya merokok. Sudah lebih dari lima bungkus rokok—atau sekitar enampuluh batang gue hisap, namun belum ada perasaan yang membuat ketagihan itu muncul. Tidak barang seujung kuku pun. Apa yang mereka cari sebenernya? Pelarian dari masalah yang buntu jalan keluar? Atau sekedar manifestasi rasa ingin menunjukkan kalau mereka adalah laki-laki sejati? Manapun deh.

Kita telisik lebih jauh lagi deh ya? Pertama dari kopi dulu deh, kafein yang menjadi ‘frontmen’ dalam kopi, dalam istilah bahasa Indonesia tertulis, kafein/kafeina yang mempunyai nama molekul C8H10O2N4 ini adalah zat racun yang terdapat pada kopi atau teh, dipakai sebagai obat perangsang peredaran darah dan sebagai campuran minuman. Sedangkan mengutip wikipedia,
Kafeina merupakan obat perangsang sistem pusat saraf pada manusia dan dapat mengusir rasa kantuk secara sementara. Minuman yang mengandung kafeina, seperti kopi, teh, dan minuman ringan, sangat digemari. Kafeina merupakan zat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Tidak seperti zat psikoaktif lainnya, kafeina legal dan tidak diatur oleh hukum di hampir seluruh yuridiksi dunia.

Sedangkan yang satunya dibicarakan lagi, si rokok dengan nikotin sebagai andalan. Dari KBBI, disebutkan bahwa nikotin adalah zat racun yang terdapat dalam tembakau, digunakan dalam perobatan serta untuk insektisida (WTF!).

*walah, kelewatan banyak, gelas kesepuluh sekarang..*

Dari dua paparan diatas, jelas kenapa kafein lebih berefek daripada nikotin. Soalnya di rokok ngga cuma ada nikotin sih, ada tar dan kawan-kawan, dan saya males memaparkan satu-satu. Kafein, merangsang peredaran darah, membuat pengkonsumsinya timbul perasaan agak-agak cemas, mungkin itu yang menyebabkan ada rasa ingin menyelesaikan pikiran-pikiran jadi makin hebat, mungkin.

---

Walau dikasih kecap, harga diri ngga bisa dimakan.
Biar pake teh botol sosro, prinsip itu sama paitnya.

Beh.. ngga heran orang-orang justru malah sebel kalau kenal baik sama gue. Ga bisa menyampaikan maksud, kebanyakan aturan, ngga tau terima kasih, kepala batu, dan lain-lain. yak. Grao.

0 comment: