Nggak semua harus selesai dengan konfrontasi. Mungkin itu hal paling luar biasa yang gue pelajari dari dia. No, bukan menjadikan gue semakin bisa bersikap sebagai laki-laki yang biasanya gue bilang. Aneh? Gue baru sadar beberapa hari kebelakang. Kalau gue ingat proses itu, waktu itu gue masih kepala batu (sekarang pun masih), apa yang gue ingin adalah apa yang harus gue dapet, gue lihat, gue dengar. Gue berpendapat, bahwa sebuah permasalahan harus diselesaikan saat itu juga, diselesaikan berdua. Menurut gue itu yang paling bener.
Tapi (mungkin engga).
Dia berpendapat lain awalnya, memutuskan untuk menyimpan bagiannya sendiri dan membiarkan gue menyimpan bagian gue. Gue ngga suka, gue pun memaksa, problem gue selesaikan dengan problem, paksaan yang baru lagi untuk bicara, akhirnya pun bicara, walau dengan nggak jarang ada tangis dan rasa ngilu di hati. Haha. The man of violence, me. Pada akhirnya, diapun mengikuti paham gue, bilang dan bilang, suka nggak suka, berantem? Ya hancur lebur sekalian, yang penting berikutnya bisa bangkit lagi dengan utuh. Tapi apa iya itu jalan yang paling baik?
Dengan tabrakan kerasa di kedua sisi? Halahmak. Sekarang gue hanya bisa ketawa melihat masa lalu dari ketinggian yang cukup. Cukup jelas untuk ngeliat masing-masing kedua sisi, dan ternyata banyak hal yang nggak keliatan ya? Gue punya janji, dengan Wis, harus ada realisasinya. Dan aturan nomor satu kalau mau bikin janji, buatlah janji yang nggak bisa lo langgar. Lalu aturan nomor dua, buatlah janji yang bisa lo jalankan dengan tanpa paksaan, senang, gembira. Dan itulah yang gue lakuin.
Jadi pengen nyengir. Wismilak gue abis. Tapi udah tiga bungkus hari ini. Mamam deh tuh.
Tapi (mungkin engga).
Dia berpendapat lain awalnya, memutuskan untuk menyimpan bagiannya sendiri dan membiarkan gue menyimpan bagian gue. Gue ngga suka, gue pun memaksa, problem gue selesaikan dengan problem, paksaan yang baru lagi untuk bicara, akhirnya pun bicara, walau dengan nggak jarang ada tangis dan rasa ngilu di hati. Haha. The man of violence, me. Pada akhirnya, diapun mengikuti paham gue, bilang dan bilang, suka nggak suka, berantem? Ya hancur lebur sekalian, yang penting berikutnya bisa bangkit lagi dengan utuh. Tapi apa iya itu jalan yang paling baik?
Dengan tabrakan kerasa di kedua sisi? Halahmak. Sekarang gue hanya bisa ketawa melihat masa lalu dari ketinggian yang cukup. Cukup jelas untuk ngeliat masing-masing kedua sisi, dan ternyata banyak hal yang nggak keliatan ya? Gue punya janji, dengan Wis, harus ada realisasinya. Dan aturan nomor satu kalau mau bikin janji, buatlah janji yang nggak bisa lo langgar. Lalu aturan nomor dua, buatlah janji yang bisa lo jalankan dengan tanpa paksaan, senang, gembira. Dan itulah yang gue lakuin.
Jadi pengen nyengir. Wismilak gue abis. Tapi udah tiga bungkus hari ini. Mamam deh tuh.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comment:
Post a Comment