Skinpress Demo Rss

Yaa.. Gitu deh.

Filed Under () by Pitiful Kuro on Sunday, January 31, 2010

Posted at : 10:44 PM

Analogikan kepala lo itu batok kelapa.

Udah?

Lanjutkan dengan membayangkan ada paku beton 10 senti dipalu pelan--tapi pasti--di bagian belakang batok kelapa itu.

Nah?

Rasanya?

Bing-ung

Filed Under () by Pitiful Kuro on Wednesday, January 27, 2010

Posted at : 11:32 AM

Siapa yang berkhianat?

Pertanyaan retorik tanpa meminta jawaban, karena pada dasarnya tidak ada bukti nyata yang bisa dijadikan dasar untuk menyalahkan, menilai, dan menghakimi seseorang. Menyebalkan kuadrat, ketika kita ingin memberikan penilaian, namun tidak bisa. Karena apa? Ya tadi itu, tidak ada bukti. Tapi sekarang sudah ada, lalu? Mau berlagak bagai Tuhan menghakimi seseorang? Walah, saya masih manusia, dan mungkin lebih rendah dari itu tingkatannya, memberikan suatu stempel ‘salah’ pada seseorang hukumnya haram, apalagi jika memperhitungkan nilai timbal-balik secara materi. Pusing sendiri.

Khianat.. khianat.. khianat..
Depan manis, belakang pahit.
Sembunyikan kerut, timbulkan lesung.
Beraroma manggis, berasa pedit.
Apa guna diserut, ujungnya lengkung.

Kadang bingung sama diri sendiri, untuk apa hidup terlalu dirasakan sepatnya, banyak hal yang manis yang bisa saya rasakan namun saya tolak. Hingga selalu terlihat susah, banyak masalah, banyak pikiran, dibilang stres, disebut depresi. Akibatnya bukan malah persoalan yang saya hadapi makin enteng dan mudah dihadapi, malah makin berat, ditambah dengan penilaian orang lain bahwa saya adalah orang yang tidak dapat bersyukur dengan baik. Entahlah men. Saya bersyukur, tapi sebatas syukur satir yang bahkan tidak menyentuh kata puas. Lihat tuh, lagi-lagi keluhan kosong yang tidak saya tujukan ke siapa-siapanya, tanpa alamat, mungkin saya gila, siapa yang tahu, kan?

Susah untuk percaya siapa-siapanya, sebab, biasanya ketika saya mempercayai sesuatu, tidak lama kemudian, saya akan menemukan sesuatu, sesuatu yang memaksa saya untuk tidak mempercayai hal yang tadinya saya percayai. Seolah karma bagi saya yang memang ogah-ogahan untuk percaya, akibatnya Tuhan menghukum saya dengan cara menghilangkan kepercayaan saya akan suatu hal yang saya percayai tersebut. Ah pusing kalimat, yang penting apa yang ada di otak keluar.

Ketika dalam keadaan demikian, harus apa? Tetap percaya walaupun sudah jelas ada bukti dia main belakang? Atau pretend you don’t see it? Pura-pura bego? Cengar-celengir macam sapi ngantuk, padahal didalam hati sudah bagai Siberian Husky yang siap menggigit? Bukan gaya saya sih, sulit pastinya, namun tidak ada salahnya mencoba. Kalau kata orang tua sih, biarkan waktu yang berceloteh, kita tinggal diam duduk manis menonton pertunjukkan drama paling sinis. Ah dunia, begitu simpel tapi ribet.

Gue Dievakuasi

Filed Under () by Pitiful Kuro on

Posted at : 3:49 AM

Haha..

Katanya kesurupan, banyak ngelamun, bolak-balik jatoh ngegelinding di bukit, ga sadar diri, dan ngomong ngelantur ngga jelas juntrungannya. Alamak. Gue ngga tau harus ngomong apa, karena gue juga ngga inget banyak hal dariapa yang gue jalani disana. Batal untuk tahun ini masuk Mahacita, walaupun ketua adatnya mengatakan bahwa gue bisa datang kesana kapanpun, tetap menjadi bagian dari keluarga Mahacita dan lain-lain, tetep aja, ujungnya gue bukan anggota tetap, dan gue ingin sampai ke tulang.

Alrite, tahun depan, gue harus ikut lagi medan operasi. Hoh.. waktu kebuang lagi dah.

Bye

Filed Under () by Pitiful Kuro on Monday, January 18, 2010

Posted at : 9:46 AM

H-1. Tangan gue dingin.

Sebentar lagi gue berangkat, phew. Takut? Ngga sih. Excited? Juga ngga. Mungkin lebih seperti ke ketenangan sebelum badai. Ah, bahkan untuk menulispun udah ngga nafsu lagi. Sip sip.

Intinya.. gue pamit.

Pengennya sih gue hubungi satu-satu orang yang ingin gue pamitin ketimbang gue tulis massal di blog, tapi ada beberapa yang istilahnya.. hubungannya lagi memburuk. Jadi mau telpon pun ngga enak. Jadi lebih baik disini aja lah.Yang ngga sempet gue pamitin, gue mohon pamit ya, maaf kalau ada salah-salah, tolong dimaafin, oke?

Kalau pertengahan febuari gue belum posting lagi, berarti gue entah udah masuk jurang, atau jadi kompos di hutan =))..

Well, see ya.

Another Rant

Filed Under () by Pitiful Kuro on Monday, January 11, 2010

Posted at : 2:50 PM

Geez.. gue laper, amit-amit.

Dulu, sering gue membayangkan, seperti apa rasanya menjadi orang miskin, yang memenuhi kebutuhan pokoknya aja susah. Membayangkan, bagaimana rasanya ketika ingin tidur dengan perut lapar, lalu berpikir, “akankah saya dapat makan besok?” hanya sebatas bayangan sih. Gue beruntung tinggal di keluarga yang berkecukupan, yang ketika jatuh paling miskinnya pun, kami masih bisa membeli dua-tiga bungkus mie instan untuk dimakan berempat. Amin lah.

Seperti apa rasanya?

Mungkin seperti sekarang. Mungkin, tidak terlalu jatuh sampai ngga bisa beli sama sekali sih. Tapi uang yang gue pegang sekarang ngga lebih dari 10ribu, abis buat keperluan macem-macem, dan gue ngga berani membelikan uang tersebut untuk makanan. Ada kebutuhan lain yang menurut gue pribadi lebih mendesak, yeah, rokok.

Ada kawan lama yang mengatakan bahwa standar hidup gue begitu rendah, karena gue lebih memilih untuk membeli rokok daripada sebungkus nasi. Entah ya, kecanduan menjadi faktor kali? Dan bukan hanya itu, ada dorongan lain yang memotivasi gue, bahwa gue lebih butuh pengenyangan psikologis daripada fisiologis, sekarang. Lagipula, udah menjadi momok yang umum diantara perokok aktif, bahwa tidak jarang para perokok mempunyai kebutuhan akan rokok yang lebih besar daripada kebutuhan pangan mereka. Dan gue salah satunya.

Stres? Pikiran banyak? Seorang kawan yang lain lagi, malah mengatakan gue udah melewati jauh batasan itu, katanya gue udah masuk taraf depresi, boleh lah. Gue hanya tertawa. Yang jelas, gue lapar. Terakhir makan, dua hari lalu. Oh, lihat aja tulisan ini, ngga ada emosinya sama sekali, gue lemes, bener-bener lemes sampai ngga tau harus ngapain sekarang. Tidur? Bad idea.

Merokok mungkin? Bikin lambung kebas? Ah.. i need someone to talk to.

In The Middle of Ass-ignment~

Filed Under () by Pitiful Kuro on

Posted at : 1:40 AM

Oke.. harusnya sekarang gue ngerjain Tugas UAS Kepribadian, baru sedikit kelarnya, tapi kepala gue rasanya udah ngebul, mata gue kicep-kicep, dan badan udah minta ditidurin. Eh, ambigu ya? Haha, maksudnya, minta tidur. Jangan ngeres lah.

Lalu?

Entah dah. Pikiran kemana-mana, dan yang jadi momok bahan gosip antar neuron di kepala gue sekarang adalah: Medan Operasi.

Yeah, Medan Operasi, atau enaknya gue singkat MO, itu adalah—bisa dikatakan acara puncak dari rangkaian penerimaan anggota baru Mapala kampus, Mahacita. Gue masuk Mapala, oi, bahan ngidam gue entah sejak kapan, SMP? Mengacu kepada kedua orangtua gue yang keduanya adalah dedengkot Mapala, gue juga jadi kepengen masuk. Bukan paksaan, faktor hereditas memegang peranan disini? Bisa aja lah, bisa aja.

MO ini akan dilaksanakan Senin depan, 18 Januari, sampe kelar. Jangka waktunya ngga ditetapkan, tapi kira-kira yaaa, sekitar dua minggu sampai satu bulan, tempatnya? Segala Herang, daerah sebelum Subang, dan mau kearah Purwakarta. Mungkin bingung, ngapain emang dua minggu di hutan belantara? Jadi Simpanse? Yah, intinya sih, penerapan materi yang gue, atau rekan-rekan seangkatan terima di kelas. Langsung praktek. Dan jangka waktu gue berada disana ditentukan dari kemampuan kami seangkatan untuk menerapkan materi-materi tersebut.

Jamak? Yaiya, materinya ngga hanya satu-dua. Banyak.

Rafting.

Survival

Navigasi Darat

SAR Dasar

Rock Climbing

And. So. On.

Ngebayanginnya tulang gue begeter semua, men. Dua minggu di alam, diabur kayak ayam gitu aja, rasanya kaya apaan? Ya gue belum tau, tapi pasti akan gue rasain nanti. Heaa..

Kedengarannya berat? Yeah, pasti. Persiapannya juga ngga enteng sih soalnya. Latihan fisik yang amit-amit dan bikin males tiap ngingetnya, bentakan dari komando yang entah kaya apa nantinya, dan mantepnya ketika perbekalan abis dan kita semua harus nyari makanan di alam. Well, pretty cool.

Ngga hanya persiapan mental dan fisik, instrumentasi, atau peralatan yang harus dibawa juga ngga kalah bikin gue melongo. Gimana kagak? Duit gue abis buat beli peralatannya, hahahahahahahahahaha *miris*. Dari Carrier sampe kompas, dari topi rimba sampe kolor baru, dari senter sampe tempat aer minum. Yah yah yah, memang disaranin untuk ngga usah beli, tapi tebelin muka dan pinjem barang kanan-kiri. Tapi men, banyak barang yang ngga bisa dipinjem karena kebentur ukuran badan. Biar kata badan gue udah nyusut, tetep aja kaki gue segitu-segitu juga. 46! Haha, kecuali gue minjem ke Hagrid mungkin dia punya ukuran sepatu gue.

Dan mate, berada di alam ngga akan jauh dari kebutuhan untuk berkelompok. Dan komando udah nentuin siapa-siapa aja yang sekelompok sama gue. Err.. no. Maksud gue disini adalah, ada beberapa orang yang harus gue waspadai, karena sifat dasar dari beberapa orang itu bakal nyulut masalah.

Si A, misal. Ga bisa dibantah, selalu punya pendapat sendiri dan ngga bisa terima ketika pendapatnya dibantah, nyeleneh dan tukang sindir. Bzzt..

Si B, sama, kagak bisa dibantah, apa yang dia pengen lakuin, maka dia akan terus lakuin, ngga peduli orang mau ngomong apaan, dia tetep plangas plongos lakuin apa yang dia mau.

Si C, ga bisa dibantah juga, ngototnya lebih parah daripada si A, bukan nyindir lagi, dia ngatain orang secara frontal didepannya.

Dan gue sekelompok sama si C, hahaaaay. Mati dah, gue udah bertekad dari sekarang kalo gue ngga akan nguarin pendapat apa-apaan, karena percuma, kalau si C udah mau itu, ya pasti itu. Mumpung gue orangnya baik hati, rajin (beli rokok), gemar membaca (stensilan, haha, kagaklah), ngalah aja lah jadinya. Baca situasi, jangan ngomong ketika pendapat gue sekiranya ngga dibutuhin amat, daripada gontok-gontokan percuma, tenaga abis kepake buat ngomong. Terserah mereka sajalah.

Sialan, jam 1.30 pagi, dan gue lapernya amit-amit.

Resolusi? 1024 x 800

Filed Under () by Pitiful Kuro on Wednesday, January 06, 2010

Posted at : 9:32 AM

Resolusi?

Gue menemukan Point of view unik dari blog langganan. Katanya, resolusi itu: norak.

Well? Tentunya dia ngga merumuskan satu kata simpel itu tanpa pikir-pikir dulu. Ada alasannya. Pertanyaan dasar yang membuat dia mengeluarkan statement itu adalah, untuk apa sih membuat resolusi?

Maksudnya untuk apa, katanya, kebanyakan orang hanya tau untuk membuat resolusi, tapi yeah, setelah itu ya hanya penghias dan pemanis kegiatan awal tahun. Nah, apakah kita memonitor resolusi kita itu selama setahun kedepan? Terlebih, apakah kita mereview resolusi yang kita buat di tahun lalu? Dan terakhir, terus, kalau resolusi tidak tercapai mau apa? Apakah kita akan memberikan hukuman pada diri sendiri? Seperti nazar mungkin? Hehe, itu sih pandangan dia, dan gue menganggapnya cukup menarik. Yeah, karena gue orangnya kolot kali? Berusaha menjauh dari arus utama? Siapa yang tau.

Gue anggap menarik bukan berarti gue setuju-setuju aja sama pendapat itu. Gue sendiri tidak terlalu bermasalah dengan resolusi. Gue menganggap resolusi—memang—sebagai pemanis kegiatan di awal tahun, sekedar penambah semangat menghadapi satu tahun kedepan, biar orang-orang kaya gue yang ngendok di kamar dan ngga punya kerjaan apa-apa bisa punya bahan nulis kali ya? Haha. Bahkan gue suka ngebaca resolusi-resolusi yang orang tulis, entah di blog, ataupun media-media lain yang memungkinkan mereka menulis resolusinya.

Ada yang menanggapi pergantian tahun adalah sebuah hal besar, harus menimbulkan semangat baru, target-target baru yang besar, yang hebat. Dan gue bertepuk tangan sama mereka, karena mereka bisa bercita-cita begitu tinggi, karena gue belum bisa kali? Ihi. Tapi ada juga yang beranggapan pergantian tahun hanyalah sebuah penambahan hitungan waktu aja, 2010 ya 2010, abis 2009 dan sebelum 2011. yah, kebebasan berpendapat dan menyuarakan persepsi lah.

Gue sendiri?

Well, apa yang paling gue inginkan di 2010 saat gue berkontemplasi pada 2009, ternyata malah dikabulkan di akhir 2009. yeap, usaha untuk menghilangkan satu sifat ecekeble najis tralala itu udah gue lakuin, secara konkrit (dan bahkan sedikit mistik) pada desember kemarin. Haha, percaya ngga percaya, gue merasa lebih baik sekarang. Nah, ketika target terbesar seseorang sudah tercapai bahkan sebelum prosesnya berjalan, gue harus apa dong?

Oke-oke, ganti dulu ke target jangka pendek. Sangat pendek.

1. Ada karya yang tembus ke media cetak
2. Dapet kerjaan, ga pake duit juga oke, yang penting kerja.
3. Tetep nulis blog, ten post per month. (susah men)
4. 30 buku dibaca. (15an tahun kemarin mah)
5. Lebih rajin work out
6. Langgeng di PA
7. Lebih sosialisasi lagi.
8. Ngatur pola makan.
9. Konsistensi menulis bebas

Mungkin itu? Ga banyak ah. Toh hal-hal kecil doang. Dan.. haha.. ngga ada yang nyangkut soal kuliah sama sekali. Okelah, tambah satu.

9. Konsistensi kuliah, ngga usah ngejar IP, yang penting kuliah yang bener. *wink*