Un-nomaly League
Filed Under (From My Mind ) by Pitiful Kuro on Saturday, September 05, 2009
Posted at : 11:36 PM
Gue bersyukur sekarang bulan puasa, karena waktu ngerokok gue dibatasi.
Yah, gue ngga bego kok, ngga bego-bego amat untuk tau seseorang udah memandang gue dengan sebelah mata. Terlihat jelas. Terpampang besar-besar di jidat siapa-siapa saja yang demikian. Cukup beberapa interaksi untuk pemastian, dan hasil visum sudah keluar, voila, bye then.
Mudah saja sih, kalau orang udah kehilangan minat sama gue dan bahkan memandang gue dengan pandangan merendahkan, halal buat gue untuk berlaku sebaliknya. Sori, bukannya tanpa usaha untuk membuat keadaan kembali normal dan meminta penjelasan. Secara kronologis, usaha gue untuk dekat dengan seseorang itu adalah di awal perkenalan. Setelah kenal, akan berbuah dua jalan, biasa-biasa saja karena memang ngga terlalu menarik dan worth untuk dikenal, atau, gue kejar mati-matian karena memang orang-orang menarik ini memang irresistible.
Nah, apabila terjadi permasalahan, pasti dan akan selalu gue usahakan untuk memastikan, apakah orang tersebut benar-benar sudah memandang dengan pandangan mata yang merendahkan gue, atau engga. Apabila engga, maka coret azas praduga tadi, apabila iya, terbagi kedalam dua opsi. Apa mereka yang bermasalah sama gue ini termasuk dari orang-orang yang gue akui?
Kalau iya, dan setelah usaha gue, orang ini tetap memandang gue demikian, maka dia sama sekali ngga worth dong untuk diperlakukan manis? Najis amat, mending gue nistakan senista-nistanya. Pengakuan gue akan orang tersebut gue cabut, ngga akan sampai menunjukkan sikap permusuhan tentunya, tapi yah, omongannya ngga akan pernah gue denger lagi. Berkoar-koar lah sesukanya, omongannya akan gue anggap sampah.
Kalau ngga? Hahah! Najis.
Bodohnya, sudah tau dari dulu kalau gue adalah orang yang susah membaur, tapi malah ditambah dengan segala sepesifikasi yang gue berikan untuk menyaring siapa-siapa aja orang yang worth untuk masuk ke lingkaran aman yang gue bentuk. Iyalah, saringan yang baik akan menghasilkan minuman bagus tanpa ampas. Sayangnya lubang saringan itu kadang gue buka terlalu lebar dan memberikan jalan bagi mereka-mereka yang memang ngga berada di liga gue untuk masuk. Hasilnya? Mereka akan kaget tau seperti apa isinya. Hahah.
Gue sadar sepenuhnya, liga dimana gue berada itu ditempati sama orang-orang yang ngga biasa. Tentu gue masuk diantaranya, i’m not ordinary people, nor standard, nor normal people. Masuk diantara mereka yang paling marginal diantara yang marginal, yang paling aneh diantara yang teraneh, yang memuja hal-hal yang dianggap orang normal tidak normal, sakit, atau apalah sebut saja.
Terlalu liberal, antek komunis, penganut agnostik, seorang dualis agama, korban asosial, merajuk pada pagan, gila materialis, atheis tidak beradab, hpemuja kenikmatan dunia dan lain-lain, gue hidup nyaman diantara mereka, dan tidak dipungkiri, mereka adalah sedikit dari orang-orang menarik yang pernah gue temui tanpa kehilangan cahayanya sedetikpun dari mata gue. Menarik luar dalam. Orang-orang yang pemikirannya selalu ingin gue bantah, tanpa satu kalipun gue ingin mengeluarkan sikap pragmaris gue. “Lo mikir gitu, terserah, gue punya pandangan gue sendiri.” Ngga, gue ngga bisa mengatakan demikian pada mereka, saking menariknya, gue sampai membantah apa yang mereka katakan dan mencoba tahu lebih dalam seperti apa mereka. Itu tanda kalau gue tertarik.
Dan sekarang? Mereka yang jumlahnya sedikit itu harus berkurang lagi? Man.. beberapa kehilangan cahayanya, dan kalau sudah hilang, mau bicara apa lagi? Tertarik pun gue ngga, yang ada malah gue rendahin balik. Geez.. tunjukkan cahaya kalian lagi, dan buat gue melenggangkan ekor gue bak melihat tulang putih bersih! Geez..
Yah, gue ngga bego kok, ngga bego-bego amat untuk tau seseorang udah memandang gue dengan sebelah mata. Terlihat jelas. Terpampang besar-besar di jidat siapa-siapa saja yang demikian. Cukup beberapa interaksi untuk pemastian, dan hasil visum sudah keluar, voila, bye then.
Mudah saja sih, kalau orang udah kehilangan minat sama gue dan bahkan memandang gue dengan pandangan merendahkan, halal buat gue untuk berlaku sebaliknya. Sori, bukannya tanpa usaha untuk membuat keadaan kembali normal dan meminta penjelasan. Secara kronologis, usaha gue untuk dekat dengan seseorang itu adalah di awal perkenalan. Setelah kenal, akan berbuah dua jalan, biasa-biasa saja karena memang ngga terlalu menarik dan worth untuk dikenal, atau, gue kejar mati-matian karena memang orang-orang menarik ini memang irresistible.
Nah, apabila terjadi permasalahan, pasti dan akan selalu gue usahakan untuk memastikan, apakah orang tersebut benar-benar sudah memandang dengan pandangan mata yang merendahkan gue, atau engga. Apabila engga, maka coret azas praduga tadi, apabila iya, terbagi kedalam dua opsi. Apa mereka yang bermasalah sama gue ini termasuk dari orang-orang yang gue akui?
Kalau iya, dan setelah usaha gue, orang ini tetap memandang gue demikian, maka dia sama sekali ngga worth dong untuk diperlakukan manis? Najis amat, mending gue nistakan senista-nistanya. Pengakuan gue akan orang tersebut gue cabut, ngga akan sampai menunjukkan sikap permusuhan tentunya, tapi yah, omongannya ngga akan pernah gue denger lagi. Berkoar-koar lah sesukanya, omongannya akan gue anggap sampah.
Kalau ngga? Hahah! Najis.
Bodohnya, sudah tau dari dulu kalau gue adalah orang yang susah membaur, tapi malah ditambah dengan segala sepesifikasi yang gue berikan untuk menyaring siapa-siapa aja orang yang worth untuk masuk ke lingkaran aman yang gue bentuk. Iyalah, saringan yang baik akan menghasilkan minuman bagus tanpa ampas. Sayangnya lubang saringan itu kadang gue buka terlalu lebar dan memberikan jalan bagi mereka-mereka yang memang ngga berada di liga gue untuk masuk. Hasilnya? Mereka akan kaget tau seperti apa isinya. Hahah.
Gue sadar sepenuhnya, liga dimana gue berada itu ditempati sama orang-orang yang ngga biasa. Tentu gue masuk diantaranya, i’m not ordinary people, nor standard, nor normal people. Masuk diantara mereka yang paling marginal diantara yang marginal, yang paling aneh diantara yang teraneh, yang memuja hal-hal yang dianggap orang normal tidak normal, sakit, atau apalah sebut saja.
Terlalu liberal, antek komunis, penganut agnostik, seorang dualis agama, korban asosial, merajuk pada pagan, gila materialis, atheis tidak beradab, hpemuja kenikmatan dunia dan lain-lain, gue hidup nyaman diantara mereka, dan tidak dipungkiri, mereka adalah sedikit dari orang-orang menarik yang pernah gue temui tanpa kehilangan cahayanya sedetikpun dari mata gue. Menarik luar dalam. Orang-orang yang pemikirannya selalu ingin gue bantah, tanpa satu kalipun gue ingin mengeluarkan sikap pragmaris gue. “Lo mikir gitu, terserah, gue punya pandangan gue sendiri.” Ngga, gue ngga bisa mengatakan demikian pada mereka, saking menariknya, gue sampai membantah apa yang mereka katakan dan mencoba tahu lebih dalam seperti apa mereka. Itu tanda kalau gue tertarik.
Dan sekarang? Mereka yang jumlahnya sedikit itu harus berkurang lagi? Man.. beberapa kehilangan cahayanya, dan kalau sudah hilang, mau bicara apa lagi? Tertarik pun gue ngga, yang ada malah gue rendahin balik. Geez.. tunjukkan cahaya kalian lagi, dan buat gue melenggangkan ekor gue bak melihat tulang putih bersih! Geez..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comment:
Post a Comment