From The Sorrow
Filed Under (letter ) by Pitiful Kuro on Tuesday, September 01, 2009
Posted at : 12:09 AM
Untuk si fanatik Dan Brown berkemeja flanel.
Awal pertama kali bertemu, gue langsung berpikiran, apa lagi yang bisa gue harapkan dari seorang perempuan? Lo datang naik motor, turun, membuka helm dan membiarkan rambut panjang lo berantakan, lo berjalan ke arah kami yang lebih dulu ada disana dengan gaya yang terlalu macho untuk ukuran tampang demikian, plus, gue ngga akan pernah lupa momen saat lo mengeluarkan Malaikat dan Iblis dari tas kecil lo itu. Lo sapa semua yang ada disitu, tidak terkecuali gue. Hahah.. itu cukup ngagetin gue, kaya gue bilang sebelumnya, ‘kok lo nyapa gue sih?’, ups, sori, jangan jitak gue lagi, inferioritas gue ngga main-main, ketakutan akan relasi gue bukan cuma gelar, like i told you before.
Lo yang atraktif tiba-tiba berubah awkward saat gue tanya-tanya tentang Malaikat dan Iblis, yang lain tiba-tiba lo kacangin *ge er* dan lo mulai bertanya banyak hal ke gue, tentang Dan Brown, tentu. Masih inget gak berapa kali gue nyoba kabur dari elo saat itu? Hahah, minder.
We have a many thing in common. Lo suka Dan Brown, gue juga, lo demen game, gue juga (tadinya), hadah, inget pas gue bantuin lo namatin Metal Gear 2 dan 3? Katanya lo ngga mau dibantuin untuk dimainin, minta gue ngasih clue doang, tapi lo malah frustasi waktu ngejinakin Bom di MGS 2, dan waktu lawan The End di MGS 3. Payah ah, haha. Pemikiran lo dan gue pun setipe, “cintai negara ini, tapi bencilah sistem yang ada”. Keren ah. Porsi skeptis, porsi sinis, dan tamparan yang lo berikan kepada orang lain untuk menyadarkan mereka sama persis dengan yang gue lakukan. Selalu bersikap netral dan tidak memihak, bahkan kepada orang terdekat sendiri, dan bahkan sama gue, jiah.. sadis.
Satu lagi kesamaan yang justru membuat lo sama gue sejenis, keluarga. Bukan hal baik, tapi sayangnya kita sama-sama berasal dari keluarga yang tidak utuh. Pada titik tertentu, kesamaan ini bisa membuat kita makin satu pikiran, tapi pada titik lain, justru menghancurkan, lo tau sendiri.
Lo dan gue dekat, pada titik itu, lo adalah orang terdekat gue, bahkan lebih daripada tika dan luthfi yang gue ceritain itu. Lo bercerita, gue bercerita, lo mendengarkan, gue pun mendengarkan. Plus minus, jauh dekat, berseberangan saling dekat, lo dan gue berbagi, mungkin malah terlalu banyak. Apa yang gue simpan gue keluarkan, dan apa yang lo kunci rapat-rapat pun lo buka. Pada titik itu, mungkin gue merasa udah menemukan kepingan baru dalam hidup gue.
Tapi kemudian waktu dan jarak berlaku kejam. Kuliah dimulai, gue di Bandung dan elo.. dimana? Menghilang ngga ada jejaknya. Nope, gue ngga nyalahin kok, bener, siklus dalam relasi itu biasa kan? kaya yang lo bilang, sekarang ada, besok belum tentu ada, sekarang dekat, besok mungkin jauh, atau bahkan musuh. Setelah beberapa lama, gue denger kabar katanya lo udah punya pacar. Whoa, sebagai seseorang yang cukup mengenal elo dulu, gue turut seneng, sungguh, ngga ada kata dendam ataupun kecewa satu kalipun terlontar dari mulut gue ataupun pijitan jempol gue, ngga semua yang lo denger itu bener, met. Serius. See? Kalau secara lisan gue ngga bisa membuktikannya, secara tulisan semoga lebih bermakna, pada titik ini, ngga ada satu jengkal benci pun ke elo. At all.
Lo putus dan ujug-ujug ngehubungin gue. Sekali lagi, gue sama sekali ngga marah. Tapi ada banyak pertimbangan kenapa permintaan lo ngga bisa gue kabulin. Udah semuanya gue bilang kan? kita sama-sama berasal dari keluarga yang berantakan, itu bukan awal yang bagus. Nope, bukan berarti seseorang yang asalnya dari keluarga demikian tidak berhak untuk sebuah kebahagiaan, rangakaian kata itu ditujukan buat gue, bukan lo. Terlalu banyak kemiripan sampai terasa mengerikan, lo terlalu mudah menenangkan gue dan gue pun terlalu gampang membuat lo senyum. Sadarkah? Kita menempati lubang yang sama, dan jika begitu, kita nggak akan bisa saling mengisi kan?
Dan yang terpenting, gue mempunyai seorang perempuan yang gue kagumi saat ini dan sebuah hubungan yang semakin harinya membawa sebuah hal baru buat gue. Baik positif, negatif, baik buruk, senang susah, semuanya gue usahakan nikmati dengan setiap pori-pori kulit gue. Dan gue harap lo bisa menemukan orang seperti gue menemukan dia. Yang mengisi tiap ruang di dalam diri lo dengan hal-hal baru, bukan hal yang bisa lo tebak bahkan sebelum gue katakan. Bukan, nggak berarti juga lo bisa nungguin gue sampe lumutan, sama sekali ngga.
Andaikan gue sendiri sekarang pun, permintaan lo ngga mungkin gue penuhi. Kita terlalu saling kenal, seolah lahir dari rahim yang sama. Nggak, bahkan mungkin diatas hubungan kakak-adik andaikan ada. Ya, gue mencintai elo, bukan sebagai laki-laki pada perempuan, tapi sebagai manusia ke manusia lainnya. Sahabat? Hahah, lucunya, kita sama-sama meng-utopiakan kata itu ya? Heheh..
Langkah lo ngga boleh berhenti hanya karena hal semacam ini, umur lo 18, waktu masih panjang dan masa depan masih nampak seperti cakrawala, manfaatkan sebaik mungkin. Nope, gue ngga minta a big leap for a mankind, just a little step for a man at the very first. Gue tau lo bisa met. Yakin, karena gue mengenal elo sebaik gue mengenal diri gue sendiri.
Semoga lo ngerti :) Just walk in the park, yap?
PS: kapan-kapan kita ngobrolin Dan Brown lagi ya
Awal pertama kali bertemu, gue langsung berpikiran, apa lagi yang bisa gue harapkan dari seorang perempuan? Lo datang naik motor, turun, membuka helm dan membiarkan rambut panjang lo berantakan, lo berjalan ke arah kami yang lebih dulu ada disana dengan gaya yang terlalu macho untuk ukuran tampang demikian, plus, gue ngga akan pernah lupa momen saat lo mengeluarkan Malaikat dan Iblis dari tas kecil lo itu. Lo sapa semua yang ada disitu, tidak terkecuali gue. Hahah.. itu cukup ngagetin gue, kaya gue bilang sebelumnya, ‘kok lo nyapa gue sih?’, ups, sori, jangan jitak gue lagi, inferioritas gue ngga main-main, ketakutan akan relasi gue bukan cuma gelar, like i told you before.
Lo yang atraktif tiba-tiba berubah awkward saat gue tanya-tanya tentang Malaikat dan Iblis, yang lain tiba-tiba lo kacangin *ge er* dan lo mulai bertanya banyak hal ke gue, tentang Dan Brown, tentu. Masih inget gak berapa kali gue nyoba kabur dari elo saat itu? Hahah, minder.
We have a many thing in common. Lo suka Dan Brown, gue juga, lo demen game, gue juga (tadinya), hadah, inget pas gue bantuin lo namatin Metal Gear 2 dan 3? Katanya lo ngga mau dibantuin untuk dimainin, minta gue ngasih clue doang, tapi lo malah frustasi waktu ngejinakin Bom di MGS 2, dan waktu lawan The End di MGS 3. Payah ah, haha. Pemikiran lo dan gue pun setipe, “cintai negara ini, tapi bencilah sistem yang ada”. Keren ah. Porsi skeptis, porsi sinis, dan tamparan yang lo berikan kepada orang lain untuk menyadarkan mereka sama persis dengan yang gue lakukan. Selalu bersikap netral dan tidak memihak, bahkan kepada orang terdekat sendiri, dan bahkan sama gue, jiah.. sadis.
Satu lagi kesamaan yang justru membuat lo sama gue sejenis, keluarga. Bukan hal baik, tapi sayangnya kita sama-sama berasal dari keluarga yang tidak utuh. Pada titik tertentu, kesamaan ini bisa membuat kita makin satu pikiran, tapi pada titik lain, justru menghancurkan, lo tau sendiri.
Lo dan gue dekat, pada titik itu, lo adalah orang terdekat gue, bahkan lebih daripada tika dan luthfi yang gue ceritain itu. Lo bercerita, gue bercerita, lo mendengarkan, gue pun mendengarkan. Plus minus, jauh dekat, berseberangan saling dekat, lo dan gue berbagi, mungkin malah terlalu banyak. Apa yang gue simpan gue keluarkan, dan apa yang lo kunci rapat-rapat pun lo buka. Pada titik itu, mungkin gue merasa udah menemukan kepingan baru dalam hidup gue.
Tapi kemudian waktu dan jarak berlaku kejam. Kuliah dimulai, gue di Bandung dan elo.. dimana? Menghilang ngga ada jejaknya. Nope, gue ngga nyalahin kok, bener, siklus dalam relasi itu biasa kan? kaya yang lo bilang, sekarang ada, besok belum tentu ada, sekarang dekat, besok mungkin jauh, atau bahkan musuh. Setelah beberapa lama, gue denger kabar katanya lo udah punya pacar. Whoa, sebagai seseorang yang cukup mengenal elo dulu, gue turut seneng, sungguh, ngga ada kata dendam ataupun kecewa satu kalipun terlontar dari mulut gue ataupun pijitan jempol gue, ngga semua yang lo denger itu bener, met. Serius. See? Kalau secara lisan gue ngga bisa membuktikannya, secara tulisan semoga lebih bermakna, pada titik ini, ngga ada satu jengkal benci pun ke elo. At all.
Lo putus dan ujug-ujug ngehubungin gue. Sekali lagi, gue sama sekali ngga marah. Tapi ada banyak pertimbangan kenapa permintaan lo ngga bisa gue kabulin. Udah semuanya gue bilang kan? kita sama-sama berasal dari keluarga yang berantakan, itu bukan awal yang bagus. Nope, bukan berarti seseorang yang asalnya dari keluarga demikian tidak berhak untuk sebuah kebahagiaan, rangakaian kata itu ditujukan buat gue, bukan lo. Terlalu banyak kemiripan sampai terasa mengerikan, lo terlalu mudah menenangkan gue dan gue pun terlalu gampang membuat lo senyum. Sadarkah? Kita menempati lubang yang sama, dan jika begitu, kita nggak akan bisa saling mengisi kan?
Dan yang terpenting, gue mempunyai seorang perempuan yang gue kagumi saat ini dan sebuah hubungan yang semakin harinya membawa sebuah hal baru buat gue. Baik positif, negatif, baik buruk, senang susah, semuanya gue usahakan nikmati dengan setiap pori-pori kulit gue. Dan gue harap lo bisa menemukan orang seperti gue menemukan dia. Yang mengisi tiap ruang di dalam diri lo dengan hal-hal baru, bukan hal yang bisa lo tebak bahkan sebelum gue katakan. Bukan, nggak berarti juga lo bisa nungguin gue sampe lumutan, sama sekali ngga.
Andaikan gue sendiri sekarang pun, permintaan lo ngga mungkin gue penuhi. Kita terlalu saling kenal, seolah lahir dari rahim yang sama. Nggak, bahkan mungkin diatas hubungan kakak-adik andaikan ada. Ya, gue mencintai elo, bukan sebagai laki-laki pada perempuan, tapi sebagai manusia ke manusia lainnya. Sahabat? Hahah, lucunya, kita sama-sama meng-utopiakan kata itu ya? Heheh..
Langkah lo ngga boleh berhenti hanya karena hal semacam ini, umur lo 18, waktu masih panjang dan masa depan masih nampak seperti cakrawala, manfaatkan sebaik mungkin. Nope, gue ngga minta a big leap for a mankind, just a little step for a man at the very first. Gue tau lo bisa met. Yakin, karena gue mengenal elo sebaik gue mengenal diri gue sendiri.
Semoga lo ngerti :) Just walk in the park, yap?
PS: kapan-kapan kita ngobrolin Dan Brown lagi ya
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comment:
Post a Comment