Skinpress Demo Rss

Said That.

Filed Under ( ) by Pitiful Kuro on Tuesday, April 21, 2009

Posted at : 1:08 AM

Flashback beberapa minggu kebelakang. Kemarin gue sempet bingung toh untuk memilih apakah gue akan tetap tinggal di Bandung, lanjutin kuliah di Psikologi. Atau pindah ke Depok, menjalani jurusan baru, Sastra Indonesia. Well, yang bikin susah gue untuk memilih udah ditulis di entri sebelumnya, keduanya sama-sama jurusan yang gue doyan untuk gue pelajari. Yap.

Tapi ternyata engga sampe disitu, satu faktor besar lagi yang memperngaruhi kenapa susahnya gue untuk milih. Yak, gue adalah orang yang engga punya keinginan apa-apa untuk diri gue sendiri. It’ll takes a long long long way to explain it, mate, believe it. Bukan, bukannya gue engga punya kemampuan untuk memutuskan, ataupun memilih, gue engga punya keinginan, titik. Manapun opsi yang ada dihadapan, gue sama sekali engga merasa punya hak untuk menentukan. Biarpun pilihan itu berkaitan erat dengan masa depan atau basa-basinya yang lain, gue ga berhak. Yang ngebikin susah, biasanya kalau orang udah engga punya keinginan, orang lain lah yang akan digunakan untuk memutuskan masalahnya/pilihan yang harus diambil. Dalam kasus gue, orang-orang tersebut jumlahnya sangat sedikit.

Gue meminta opini kanan kiri, dari NW, dari RW tentang bagaimana baiknya soal kepindahan gue ini. Tanggapannya macem-macem, ada yang pro pindah, ada juga yang kontra. Apakah itu menjadikan gue tambah bingung? Maaf-maaf aja, engga. Karena awalnya gue udah bingung duluan, haha. Diantara semua saran itu, ada dua yang sangat gue denger, dua saran dari dua orang yang berbeda, dua dari tiga orang yang kata-katanya paling gue denger sekarang. Dan sayangnya, keduanya memberikan opini yang berbeda, satu dari NW, satu dari RW. Gue suka cara mereka menyampaikan opini mereka, jadi engga salah dong kalo gue mau denger kata-kata mereka?

Dua dari tiga. Yap, tiga. Ada satu orang tambahan lagi yang akan sangat gue denger omongannya, yang mungkin adalah orang yang mana gue bersedia menyediakan waktu tambahan kalau diminta. Gue menghubungi dia dengan kesiapan mental—bahwa apapun yang akan dia katakan akan gue turuti. Yaudah, apa yang dia bilang bener-bener gue turutin. Hasilnya, gue pindah. Namun kenyataannya engga sesuai sama apa yang diharapkan. Setelah gue mendapatkan sebuah jawaban dari dua pilihan dilematis itu, gue menemukan fakta baru, fakta yang jelas-jelas bikin gue jijik sampe titik paling ujung yang dipunyai galaksi ini. Uek. Yang jelas, itu membuat gue yang udah yakin sama pilihan gue jadi mundur kembali. Langsung aja, dengan tanpa kata ragu, gue pilih untuk stay di UPI. Dan yap, gajadi pindah.

Apalagi?

Ah, ya. Said that.

Bukan golden word yang itu, silver mungkin? Tapi karena medianya tidak langsung, apakah bisa disebut perunggu? Dunno. Yang jelas udah gue utarakan secara jelas dan terang-terangan. Menjadikan ini sebuah pernyataan langsung kedua dalam hidup gue yang penuh dengan kata ‘segan’ ini. Semoga tidak berlangsung seperti pernyataan pertama yang menggantung ngga jelas tanpa kelanjutan itu. Oh ya, tergantung guenya ya? Haha. Pasti akan sulit. Bagusnya, mental gue udah membaik dari beberapa tahun lalu, siap untuk struggle, siap buat hantam otak, siap buat main emosi. Ha.

The word, ‘i like you’ has a same meaning with ‘i love you’ in my dictionary, mate.

**

There’s a boy who prisoned by his father, locked down in their house’s basement for at least fifteen years. For a certain years, their neighbor snivle something unusual in that house every nights, a whisper of a crying human—slow and steady. Until one day, that whisper became a yell and the neighborintended to call the police, to check things one or two in their neighbor house. And yep, they found him, a boy skinned white as porcelain, have an eye colour as white as the snow. They took him to the ‘surface’, to the ground, where the sun shines brightly. Guess what? He died just ten hour after his freedom, caused by unbearable hysteria and any other panic disorder.

Singkatan dari sebuah artikel yang menarik. Jadi, siapa tuh yang salah? Anaknya, orang tua yang ngurung, orang-orang yang memaksa anak itu keluar, atau.. justru anaknya sendiri yang engga kuat mental?

Gue pilih..

0 comment: