Skinpress Demo Rss

Crying

Filed Under ( ) by Pitiful Kuro on Wednesday, July 22, 2009

Posted at : 7:53 PM

In the old times, i used to be a crybaby man who gave his teardrops for everything melancholic. Bzt, im not kidding, for a period, there is a time that i never not crying at least once in a day. Haha, maybe for people who know me later will laughing like Mbah Surip, but again, its true. Entahlah, mungkin dulu gue sangat labil, oversensitif hingga semua perkataan orang lain masuk ke hati. Cengeng mungkin, he eh.

Saat itu gue membenci diri gue sendiri yang terlalu gampang menangis, gue laki-laki kan? Dengan fisik berukuran XL, logiskah kalau gue menyumbangkan air mata untuk guling dan masih menggigit bantal di tengah malam? Tentu ngga, makanya gue benci kan. Dulu selalu berpikir gimana caranya untuk ngga menangis, atau seenggaknya, menahan air mata untuk tidak keluar disaat yang ngga tepat, yah. Untungnya sih, gue ngga pernah nangis didepan umum (haha), hanya orang tertentu aja yang mengetahui bahwa gue dulu adalah drama king yang siap mengumbar air matanya kapanpun.

Gue menangis, sayangnya, dalam diam :)

Permasalahannya juga macem-macem, dari persoalan kecil remeh temeh, sampai ke persoalan yang benar-benar mebebani pundak ngga kira-kira. Dan kalau udah gue hadapi, gue tinggal mencari tempat sepi, yang biasanya adalah kamar gue sendiri untuk menangis. Matiin lampu, nyalain lilin dan setel lagu di mp3 (gue dulu punya mp3, hahah). Sangat drama king kan? Melankolis najis tralala-trilili.

Gue lupa kapan terakhir kali gue menangis, mungkin satu atau dua tahun lalu, tepatnya bener-bener lupa. Entah hal apa yang menyadarkan gue untuk ngga membuang-buang air mata lagi untuk setiap urusan yang gue hadapi, tapi gue inget siapa orangnya, hehe. Dari titik itu, gue mulai mengeraskan hati, hadapi semuanya dengan kepala dingin—sedingin mungkin. Walau memang kadang bila ditinjau dari segi hati, gue sering overheat, kepala gue tetep dingin, selalu mencari jalan keluar yang serasional dan selogis mungkin. Dan sepertinya gue berhasil.

Untuk ukuran cowok, mungkin gue sering melihat orang menangis belakangan ini. Ukuran cowo? Tentu, karena kalau cowo lagi ngobrol sama sesamanya, kaga pake nangis-nangisan, itu mah cewe kan? Setahun belakangan banyak kerabat gue dan beberapa orang yang cukup dekat yang meninggal. Dan itu berarti badai airmata dimana-mana. Sayangnya, seperti yang gue tulis sebelumnya, gue adalah orang yang buruk dalam bersimpati, walaupun otak nyuruh gue untuk nangis, ada hal yang membuat gue menahan diri untuk tidak menyumbang air mata lagi ke tanah. Bahkan saat kematian mbah pun, gue ngga menangis. Well, gue tinggal punya satu nenek sekarang, no matter what, i’ll meet her.

Dan sekarang, uh.. rindu mau nangis, keluar air mata sih sering, kalo kelilipan semut atau kebanyakan nguap, pasti keluar air mata. Tapi yea, tentu bukan yang macem itu, nangis yang dikarenakan sesuatu yang mengganjal di hati, di kepala. Entah itu yang bersumber dari perasaan senang yang ekstrim, atau yang paling sering dialami: karena sedih. Gue punya ruangan gelap yang ada sinar bulannya kalau malem sekarang, tapi sayang, gue lupa caranya nangis, tsk. Kapan sih manusia puas? Disaat gue lagi cengeng, i always think how to become stronger, and then, when i reach the peak of power, i wanna go down and wash my eye at the nearest river of sadness. Tsk tsk tsk.

0 comment: