Skinpress Demo Rss

Hangtime

Filed Under ( ) by Pitiful Kuro on Tuesday, June 14, 2011

Posted at : 4:51 AM

Melongo, bengong, diam di kamar sampai semuanya terasa percuma, bahkan bengong yang baru aja dilakuin semenit kebelakang dirasa pembuangan waktu. Merasa lifeless padahal kuliah tiap hari, serasa kurang bergaul padahal dua hari sekali ngumpul bareng temen lama, blah, apaan tuh? Pertanyaan lagi. Tentu dong. Gue sama Luthfi nggak menemukan padanan kata yang tepat untuk menamakan perilaku ini, sekilas gue menyebutnya jenuh kebablasan, Luthfi menamainya kehilangan tujuan hidup—stagnasi. Anggaplah, jalan tengahnya aja, waktu-waktu dimana lo jenuh dan nggak tau harus melangkah kemana, hang time.

Gue merasakan, sohib gue yang ganteng itu juga merasakan, dan semua orang pun pasti merasakan. Saat-saat dimana lo udah meluangkan waktu dua puluh lima jam sehari, itupun masih serasa kurang, dan pada titik terlelah, lo akan ngerasa semua yang lo lakuin itu ngga ada artinya, kosong makna. Dan bukan makna secara hasil, kalau hasil mungkin ada-ada aja yang dikeluarin, tapi kosong pemaknaan, apa yang lo lakuin serasa nggak ada artinya buat hidup. Kuliah banting tulang ngurus tugas yang numpuk, kehimpit deadline tugas—deadline lulus, berentet ngerjain kerjaan kantor yang nggak ada habisnya, lalu merasa waktu-waktu yang dihabiskan untuk quality time bareng kawan dekat itu serasa pembuangan waktu. Hang.

Hidup hanya berputar-putar dalam alur yang sama, tempat yang sama, orang-orang yang itu-itu aja, lingkup pergaulan kerasa sempit, dan dalam taraf yang lebih akut, diri sendiri bagai kehilangan makna di hadapan orang lain. “Apaan sih gue? Gini doang?”

Bahaya? Buat orang-orang yang merasa perlu ada tantangan dalam hidup, buat orang-orang yang perlu merasakan saripati hidup sampai ke tulang sum-sum, jelas bahaya. Bernafas menggunakan adrenalin, darah di pompa melalui tantangan-tantangan yang ngebuat tengkuk meremang, usus melakukan gerak peristaltik secara normal ketika menemukan hal-hal baru menarik, yeah, orang-orang macam ini akan mati kalau keadaan stagnan itu terus berlanjut dalam jangka panjang. Banyak? Banyak. Tapi langkah mereka selanjutnya yang akan menentukan, apakah ujung-ujung hanya akan jadi manekin berengsel yang digerakin genset diesel?

Sohib gue yang satu itu lagi merasakan, hadeh, nggak tega rasanya ngeliat muka mesum-senang-girang-terangsang dia yang biasanya hilang ditelan nestapa badai stagnasi yang menghantam paru-paru hidupnya. Mana mungkin gue ceramah, level sohiban udah nggak ada ceramah, gue hanya bisa ngasih saran dan tips-tips yang sekiranya bisa ngebantu secara praktikal, efektif bila gue pake, dipake enggaknya ya terserah yang bersangkutan, itu hidupnya, dia yang paling tau apa yang dia butuhin, apa yang dia perlu.

Lakukan hal baru. Simpelnya.

Keluar dari zona aman nyaman tentram emang nggak mudah, tapi ketika zona tersebut hanya membatasi hidup menjadi itu-itu aja, ya ngapain juga dipertahanin? Mendobrak dindin kenyamanan itu selalu punya konsekuensi, dan kemungkinan besar, konsekuensinya itu adalah hal-hal yang pada umumnya nggak akan bisa diterima dengan gampang. Tapi ya tinggal pilih, mau aman-amanan tapi ngerasa hidup ngebosenin, atau mau ambil konsekuensi dengan fitrah dimana kita bisa merasakan hal-hal menarik yang sebelumnya nggak pernah dirasain?

Gue benci gitar, dulu. Bukan benci sih, gue suka, gue pengen bisa mainin itu alat musik dengan lancar (supaya bisa karaoke sendiri, tche), tapi gue selalu kepentok dengan alasan, ‘megang fretnya susah, sakit di jari, men). Halah, dan apa? Keinginan gue untuk mulai belajar gitar kepending dari SMP, pada akhirnya, gue bisa meniatkan belajar gitar karena ngeliat temen gue main dengan sendu penuh penghayatan. Ah, gue pengen kayak dia, dan dilawanlah rasa perih di jari demi bisa karaokean. Simpel?

Hal baru itu bukan berarti hal besar, hal-hal kecil pun pasti banyak yang biasanya nggak dilakuin. Contoh, hari minggu pagi, dimana lo udah have fun abis-abisan sabtunya sama temen-temen, dan besoknya rutinitas kaku udah ngehantem. Pasti rasanya durjana abis. Kalau gue, setiap perasaan seperti itu muncul, gundah gulana tanpa kegiatan, maka gue langsung naik ke atas sadel motor, pergi entah kemana dan tujuannya apa, hanya motoran. Berenti di setiap kali gue ingin, jalan lagi ketika gue mau, nemu spot asik buat ngerokok ya ngerokok, nemu warkop ganteng ya stop lagi. Kecil, tapi kita nggak akan pernah tau kan, apa-apa aja yang kita temui disana? Dijalanan? Misal aja, setiap gue berenti ngewarkop di perjalanan random gue, gue selalu ajak ngobrol bapak-bapak yang ada disana, biasanya mereka akan dengan senang hati menceritakan pengalaman hidupnya yang entah berapa puluh tahun udah dijalani, itu cerita, satu cerita dari satu orang, satu lagi bahan cerita menarik yang bisa lo ceritan ke temen-temen lo yang mungkin lagi tiduran ngetwit ‘bosenn’ dari kamarnya yang nyaman. Satu. Berapa cerita yang bisa lo dapetin tiap bulannya? Pengalaman, cuk.

Belajar, dan pengalaman, seenggaknya itu dua hal yang selalu membantu gue disaat hangtime itu datang. Selalu. Karena gue nggak ingin perasaan-perasaan itu muncul dan mengganggu hidup gue yang terlalu sayang kalau dilewatkan sama penyesalan akan waktu kosong. Belajar hal baru, soft skill, dan mencari pengalaman-pengalaman entah apa yang bisa ditemui dimanapun, interaksi. Selalu baru, selalu menarik. Ngamiin.

0 comment: