Rotario Magnifico
Filed Under (For Remember ) by Pitiful Kuro on Tuesday, March 06, 2012
Posted at : 3:44 AM
Buat dunia anak-anak,
yang namanya tren itu selalu muter-muter. Coba pikir, andaikata sekarang itu
jamannya layangan, kalo diinget lagi dua tahun lalu juga layangan pernah musim,
dan dua tahun sebelumnya, dan sebelumny a lagi. Belum gasing, tamiya, karambol
(meybeh) and so on. Semua berubah, tapi kembali lagi ke awal, pergi ke titik
paling jauh, tapi akhirnya lo kembali ke tempat yang sama berulang-ulang. Mungkin
emang kita yang keabisan akal kreatif, atau emang hal yang udah lewat itu
terkesan keren kalau dilakuin ulang, kaya lagu-lagunya the beatles yang masih
didengerin orang bahkan setelah masa jaya mereka udah lewat 40 taunan. Itu dua
kalinya umur gue. Harusnya gue cium tangan mouse gue tiap kali Lucy In The Sky
With Diamond keputer di winamp.
Gue menemukan
bahwa naik sepeda itu adalah suatu hal yang keren, dinamis, terobosan luar
biasa dalam dunia mekanik, yang lalu berganti ke kereta api dengan segala
kemungkinan acak untuk bertemu orang dari berbagai latar belakang, setelah itu
motor yang secara ajaib bisa membawa gue kemanapun tangopa batasan kecuali pantat
yang menjadi panas membara. Gue pernah mengalami kegilaan spesifik adiktif
konsisten sama yang namanya game online, sejalan dengan ngebaca buku, keduanya
gue lakukan dengan tanpa memandang faktor substansial lain seperti sekolah
ataupun.. mandi. Mencoba bermain musik, olahraga tanpa akhir sampai badan
dipaksa angkat tangan dengan ngasih tanda berupa tipes. Yang apa? Game online
kembali mengisi hari-hari gue, buku-buku muncul dalam menit-menit kosong, dan
sekarang gue kangen naik kereta api.
Rotasi
itu ada, rotasi itu berjalan.
Seperti
dulu, kelompok kecil gue berdiri tanpa pasangan a.k.a jomblo jamaah a.k.a
single+. Dan sekarang, dengan santernya kabar beredar bahwa member terakhir
kelompok mini ini ditusuk hatinya pake galah asmara, jadilah single+ bubar
blas. Yang kalau gue liat jauh kedepan, apa mungkin nanti rotasi kembali
berjalan? Dimana satu-persatu anggota kelompok sederhana ini habis kontrak satu
persatu dengan pasangannya. Bisa mungkin. Kaya jaman gue SD, gue sering bertandang
dan menghabiskan waktu-waktu yang gue ragu itu berkualitas apa nggak, karena
gue masih bocah, dengan sohib gue sekarang, mas garib. Masa-masa itu toh hilang
ketelan tukang jagal paling mahir yang bernama waktu, dan akhirnya dipertemukan
kembali pada masa akhir SMA dimana gue menghabiskan banyak waktu buat mikirin
hal-hal yang sebenernya nggak penting dan sok dibikin penting sama si garib
ybs. Sekali lagi, rotasi.
Gue pernah
kelewat bahagia bisa bareng dengan Nanda, pernah juga saking sebelnya pengen
nyekek dan ngegoreng perempuan satu itu, dan masa-masa itu lewat, kembali
bahagia dengan segala tetek bengeknya. Semua berputar. Sampe akhirnya gue
menemukan satu konklusi dari tulisan beberapa paragraf ini. Yang namanya idup
itu dinamis. Titik. Repot amat nulis kata dinamis doang, elah.
Mungkin
ada kalanya lo ngerasa hidup itu stagnan, ngebentur sudut pintu dan gak
maju-maju, tapi itu bentar doang, sementara, karena rotasi itu pasti dateng
lagi dan lagi, ngebawa lo dan gue ke titik temu entah dimana, atau perpisahan
sementara, karena tadi, dia bakalan ngebawa kita ke titik temu tertentu dan
maksa kita buat bertukar pengalaman pikiran dan berbagi secangkir kopi dan
sebungkus rokok yang dibagi berdua. Yah, siapapun elo deh. Janjian yuk.
ota
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comment:
Post a Comment