Skinpress Demo Rss

Ingatan

Filed Under () by Pitiful Kuro on Monday, January 16, 2012

Posted at : 9:45 PM

Ada hal yang begitu familiar, dikenal baik tak bercelah, mengekor pada tiap-tiap benih akal siap tumbuh perlahan melalui tanah basah perasaan pikiran. Terasa di lidah, hanya menunggu seseorang yang mengucapnya hingga engkau berani turut ambil bicara. Yang tidak bisa dilupakan dengan penghapus memori, noda yang tidak bisa hilang dengan pembersih kaca ingatan, melekat seperti lumut, merambat cepat tanaman anggur. Yang kabur, menutup mulut ketika terucap, yang melebar, tertawa lantang ketika disebut.

Selalu mengabur, tenggelam dalam komedi hidup, terbenam jauh kedalam ranah sandiwara, mengapur dalam dosa-dosa berikut yang dijanjikan dibuat. Malam membantu, dengan pekatnya gelap, dalam hitamnya, dalam pedihnya cahaya kota yang membuat silau mata-mata para pelupa. Malam menghidupkan, semua kenangan buruk baik yang pernah terjadi di waktu yang telah lewat, kenangan yang pernah dirasa dan diucap diperbuat, yang tidak jarang hanya lewat sekejap saja. Malam merambat melalui akar-akar ingatan, menusuk dalam ke tulang rawan, menusuk kasar pekarangan janji dan sumpah yang membius tengkuk bila teringat.

Karena kau langgar.

Ngeri merayap, memejamkan mata yang membayang, yang juga melupa, berusaha memasukkan kembali ingatan pahit yang timbul naik di kesadaran. Rasa takut yang seharusnya lewat, rasa jijik yang sepatutnya hilang, perasaan dingin di tulang belakang kembali menghantui jari-jemari yang jelas bergetar. Mual, perut merintih yang bukan asam, jantung yang berdebar keras yang bukan pompaan darah. Kau menggigit bibir, memegang gelasmu erat bergetar, menyalakan rokokmu tanda menyatakan baik, menyentuh wajahmu—menutupi rasa malu tanpa alasan. Mengingat? Merasa? Mengingin-melupa?

Masa-masa yang pernah diinjak, waktu yang dilalui, kata-kata yang seperti baru saja kau ucap, kamu pernah disana. Di waktu itu. Satu hari, minggu, tahun, entah kapan yang muncul dibayangan matamu, tapi waktu itu kamu disana, bukan disini, tubuhmu disana, tak tampak disini. Kamu menjelajah waktu. Merasakan hal yang bukan sekarang, mengecap dengan lidah masa lalu. Memejamkan mata, memasuki lorong dunia sempit  dengan lantunan lagu populer masa itu. Kamu disana. Bersenandung dengan lagu nostalgi.

Lalu kamu membuka mata, dengan aku dihadapanmu. Tersenyum menunggu jelajah waktumu usai, mendekap dengan tangan-tangan yang kau bilang nyaman, yang kau rasa dengan lima jarimu bertemu milikku, dengan kepalamu yang bersandar masuk kedalam tubuhku. Tersadar bahwa itu semua telah usai, perjalanan singkat namun panjang bila diusut, yang nampak lurus namun kusut bila ditelusur. Tangis yang tak akan pernah terulang kau amini, tawa yang hadir dan kau harap terulang denganku, rantaian nasib buruk, untaian memori indah yang kau amini, itu hanya masa lalu.

Lalu perlahan, di kotak itu muncul kunci, yang kau pegang dengan tangan mungilmu, yang kuarahkan, kugenggam lembut kearah lubang menganga di sana. Terputar, dengan  bunyi klik nyaring, dan dengan sekuat tenagamu, kau patahkan kunci itu.

Seperti biasa, aku tersenyum.

0 comment: