Kecoak Terbang
Filed Under (From My Mind ) by Pitiful Kuro on Tuesday, February 21, 2012
Posted at : 7:00 PM
Sampe sekarang, gue masih heran ketika gue ngeliat orang
yang ngeluh di social network. Bunyinya bisa macem-macem, dari keluhan soal cuaca, makanan yang lagi dimakan, pacarnya,
keluarganya, sekolahnya, banyak. Gue bukan heran karena bertanya, apa mereka
kurang kerjaan? Semua orang juga kurang kerjaan kali, beda waktu doang. So? Kurang
kerjaan itu pasti, tapi kenapa ngeluh? Yah yah, mungkin hidup berat, tunggakan
menumpuk, cucian menggunung, atau pacar lagi PMS, apapun bisa jadi problem yang
tangan-tangan mereka bisa tumpahin kedalam bentuk pijitan manis keypad
handphone or keyboard komputer mereka.
Nah, mungkin poin utamanya ya
itu tadi, ‘apapun bisa jadi’. Mindset, cara pikir seseorang tuh bisa ngubah
makhluk se-nggak-berdaya kecoak menjadi momok mengerikan buat cowok bertampang
gahar budiman prakoso seberat 85 kilogram, nah, masa iya dia nggak bisa ngubah
makan indomi menjadi suatu ganjaran neraka buat seseorang?
Bicara mindset, jangan
ngomong logis. Tentu sih, namanya juga yang berasal dari pikiran, tentu aja
bisa logis. Tapi, ketika lo menemukan satu poin flaw dari seseorang—yang mana
lo nggak ada kaitan sedikitpun didalamnya—gue rasa, kita nggak bisa nyebut
orang itu nggak logis. Kenapa? Soalnya, mindset itu terspesifikasi, mindset itu
ideal, sulit untuk identik kecuali satu partai (haleeh). Ini nih, poin yang
paling gue suka dalam hal pola pikir. Paham boleh macem-macem, lo bisa pilih
modernis, post modernis, realis, surrealis, atau apapun. Tapi pada dasarnya
tiap orang selalu punya sisi pragmatis, sisi dimana dia harus toleran dengan
pola pikir orang lain, karena seperti yang kita tau, adalah hil yang mustahal
kita mau maksain pemikiran kita ke semua orang.
Sikap pragmatis emang nggak
mengenal kata salah, logis? Kalo menurut gue, kenapa nggak? Kata salah itu berasal
dari label-label yang menempel diseluruh badan kita, tertempel otomatis sama
yang namanya sistem, atau pembelajaran kuno jutaan tahun oleh manusia itu
sendiri, outputnya norma, nilai, agama—yang juga sebuah sistem—aturan tertulis,
dan kawan-kawannya. Tapi kalo semua label itu dilucuti satu-satu, blas sampai
ke kulit yang paling dalam, jadi apa manusia? Kaya apa pola pikirnya? Sekali lagi,
menurut gue, hanya pengetahuan tentang apa yang baik buat dirinya sendiri—pragmatistik.
Diri yang terbentuk oleh nature, insting dasar untuk bertahan hidup, yang cuma
tau.. apa yang paling baik buat dirinya.
Balik ke poin satu. Kenapa mereka
ngeluh? Padahal, ketika mereka punya mindset yang luar biasa, mereka bisa
merubah apa yang mereka rasa dengan petikan jari. Seperti gue yang coba-coba
untuk menangkap kecoa dengan tangan kosong, sekali, cukup sekali dan sukses
dengan mantap, walau akhirnya itu binatang gue tindih pake KBBI, sih. Tapi akhirnya
gue kembali memilih untuk bersikap paranoia terhadap itu makhluk satu, entah
kenapa, untuk merasa takut mungkin? Dan yah, itu juga mungkin yang membuat
orang-orang itu tetap pada pendirian mereka untuk mengeluhkan apapun yang
mereka mau keluhkan, toh mungkin itu baik buat mereka? Entah ya, gue bakalan kerja
penuh waktu kalo harus tanyain alesan mereka satu-satu toh.
Subscribe to:
Posts (Atom)