Sudut Pandang Spesifik
Filed Under (From My Mind ) by Pitiful Kuro on Sunday, December 04, 2011
Posted at : 3:08 AM
Kita semua tau, kalau kita mencoba ngambil sudut pandang
dari suatu hal yang beda, hal yang diluar kebiasaan, kita bakalan nemuin
hal-hal baru yang sebelumnya nggak kita tau. Nah, sebenernya,
seberapa jauh batasan nyicip sudut pandang ini bisa berlaku? Segimana efeknya
dari apa yang lo liat pakek mata lo? Itu pertanyaan yang asik buat dijawab dan
bukan retoris, menarik.
Gue kepikiran hal ini ketika gue lebih jauh sama beberapa
orang yang beda jurusan kuliah, tentunya tentang apa-apa aja yang dilakuin di
jurusan masing-masing. Bahan ajar, orang-orang, keinginan, fokus, semuanya
beda, dari sanalah timbul sebuah pola pikir baru yang lahir dari kebiasaan,
kebiasaan yang lo terima setiap hari, setiap waktu, kewajiban yang lo harus
jalanin dan apa yang lo dapetin. Semuanya ngebentuk paradigma baru, yang kemungkinan kombinasinya nggak terbatas!
Gue bahkan nggak perlu mencoba sudut pandang ekstrim dari
kubu yang berlainan, misalnya aja, dari segi LGBT, dari segi jurusan dan
kekhususan hal yang diambil seseorang pun, ketika gue mencoba berenang
didalamnya, gue menemukan hal menarik. Gue nih, seorang mantan mahasiswa
psikologi, gue punya pandangan yang pastinya beda ketika gue dihadapi sama
persoalan sosial. Gue bisa mengidentifikasi ada yang namanya bystander effect—misalnya,
makanya gue nggak ngerasa segitu anehnya ketika ada seseorang yang lagi butuh
pertolongan tapi nyatanya nggak ada orang yang siaga langsung nolong, diem aja.
Ya karena bystander effect tadi, setiap orang beranggapan bahwa orang lain yang
bakalan nolong orang yang lagi ditimpa kemalangan tadi.
Sementara, ketika gue sekarang kuliah di jurusan kuliner,
setiap kali gue ngunyah sesuatu, setiap kali gue melihat jenis makanan lewat
depan mata gue, gue nggak lagi cuma punya pikiran pengen ngunyah, men. Tapi, gue
instan mikir, itu makanan bahannya apaan? Proses masaknya apa aja? Ada teknik
atau spice khusus yang dipake? And so on.
Common sense, huh? Tapi boi, gue sama sekali nggak pernah
mikirin ini sebelumnya, sudut pandang. Sebelum gue kuliah di bidang kuliner,
gue nggak peduli sama makanan yang gue makan, tinggal kunyah dan beres, diem di
perut sebentar, dan keluar lagi buat nyumbang metan ke atmosfir, done. Sudut pandang
spesifik ini bener-bener ngasih lo sebuah pengetahuan baru, pengetahuan yang
mungkin nggak bisa lo pelajari, tapi secara pasif terus ngasih rangsangan ke
kepala, ke pola pikir dan ngebentuk lo menjadi orang yang punya penglihatan
yang beda dari orang laen. Gini deh, ketika lo kuliah di jurusan desain produk
misal, pas lo ke supermarket dan tujuan awal lo cuma buat belanja, lo bakal
mulai ngeliatin bentuk-bentuk deodoran yang ada disana, bertanya-tanya segala
hal yang bisa dibilang idiotik atau retarded oleh orang selain mereka yang
menggeluti bidang yang sama dengan lo. Masalahnya, siapa sih yang tanya “kenapa
bentuk kaleng obat semprot badan itu bulet? Nggak kotak?” selaen mereka yang
kerjaannya ngegambar bentuk produk?
Menarik? Banget. Dengan pemikiran begini, rasanya gue pengen
minjem otak tiap anak dari tiap jurusan yang berbeda yang ada di dunia ini,
ngintipin apa aja yang mereka liat dari kacamata sudut pandang spesifik mereka.
Blah.. ngebayanginnya aja lutut gue udah lemes.
Kecuali, kayaknya gue ogah minjem otak anak jurusan yang ada
kata “agama”. Isinya pasti annoying.
Subscribe to:
Posts (Atom)