Please allow me to Introduce something, dude!
Filed Under () by Pitiful Kuro on Wednesday, July 21, 2010
Posted at : 1:37 AM
Coming soon-but-not-that-close!
The Bandlith Project
Maybe august, septembre? Hope so--just wait, okay?
*plak
Make up?
Apa itu make up? Entah ya, gue bukan penggunanya, tapi gue rasa, itu adalah sebuah lapisan yang menyelimuti permukaan wajah, ketebalannya bervariasi, antara sekian mili sampai sekian senti (kata komik). Digunakan oleh perempuan, tentunya, tapi di jaman yang mendekati kiamat ini, tidak tertutup kemungkinan makhluk bertestikel juga mulai menggunakannya.
Apa gunanya make up? Gue gak tau pasti, yang jelas, menurut pengamatan gue sebagai cowo—yang tentunya tidak pernah menyentuh alat-alat demikian, katanya sih, biar muka nggak keliatan pucat, lesu, kusutnya tersamarkan dan seterusnya entah apa. Yang jelas, keseluruhan analisa cetek gue tadi itu mengacu kepada sebuah kalimat konklusif mengapa make up dipakai oleh kaum hawa: untuk mempercantik diri.
Buat apa mempercantik diri? (yeah, pertanyaan lagi) Jawabannya bisa beragam, ada yang mungkin karena ia memang ingin bersolek, tuntutan, sekedar kepuasan pribadi, usaha kerasnya untuk meningkatkan PD, atau mungkin.. sekedar menaikkan harga jual di dunia yang makin mendekati pasar persaingan sempurna untuk soal jodoh.
Setiap orang punya opini masing-masing soal penggunaan make up, dan tentunya gue juga dong? Buat gue, buat apa sih make up? Ketika suatu saat nanti gue ditanya, dimintai saran: “baiknya gue pake lipstick warna apa, gas?” gue mungkin bakalan menjawab: “ga usah pake”. Entah, gue selalu menganggap perempuan ber-make-up kalah memesona daripada mereka yang tidak. Dan tidak disini adalah tidak sama sekali. Tidak untuk bedak setipis sirotol mustakim, maskara selembut bulu, atau lipstik senatural apapun. Ti-dak.
Gue ga punya alasan soal ini, gue hanya merasa demikian, gue merasa dengan memakai make up, justru pressure (cieh) akan kecantikan seorang perempuan tertahan di selapis topeng yang ia poles sedemikian rupa. Kadang gue merasa agak sedikit ironis, padahal, usaha yang para kaum venus ini lakukan dengan sedemikian rupa adalah salah satu bentuk untuk menarik gue—yang mana adalah salah satu penduduk planet mars, tapi gue sama sekali nggak bisa mengapresiasi pakem yang telah tertanam di mentalitas nyaris sebagian penduduk dunia ini. Grok.
Dan belakangan, oknum berinisial A. S. M. P. (ketauan banget) nampak menggunakan make up, walau masih dalam taraf wajar dan sangat minim. Hik. Kecewa? Buat apa? Terima sajalah. Gue pikir, jika udah tiba pada waktunya, cewek se-horor Sarah Connor pun bakalan belajar pake make-up. (*plak)
Apa itu make up? Entah ya, gue bukan penggunanya, tapi gue rasa, itu adalah sebuah lapisan yang menyelimuti permukaan wajah, ketebalannya bervariasi, antara sekian mili sampai sekian senti (kata komik). Digunakan oleh perempuan, tentunya, tapi di jaman yang mendekati kiamat ini, tidak tertutup kemungkinan makhluk bertestikel juga mulai menggunakannya.
Apa gunanya make up? Gue gak tau pasti, yang jelas, menurut pengamatan gue sebagai cowo—yang tentunya tidak pernah menyentuh alat-alat demikian, katanya sih, biar muka nggak keliatan pucat, lesu, kusutnya tersamarkan dan seterusnya entah apa. Yang jelas, keseluruhan analisa cetek gue tadi itu mengacu kepada sebuah kalimat konklusif mengapa make up dipakai oleh kaum hawa: untuk mempercantik diri.
Buat apa mempercantik diri? (yeah, pertanyaan lagi) Jawabannya bisa beragam, ada yang mungkin karena ia memang ingin bersolek, tuntutan, sekedar kepuasan pribadi, usaha kerasnya untuk meningkatkan PD, atau mungkin.. sekedar menaikkan harga jual di dunia yang makin mendekati pasar persaingan sempurna untuk soal jodoh.
Setiap orang punya opini masing-masing soal penggunaan make up, dan tentunya gue juga dong? Buat gue, buat apa sih make up? Ketika suatu saat nanti gue ditanya, dimintai saran: “baiknya gue pake lipstick warna apa, gas?” gue mungkin bakalan menjawab: “ga usah pake”. Entah, gue selalu menganggap perempuan ber-make-up kalah memesona daripada mereka yang tidak. Dan tidak disini adalah tidak sama sekali. Tidak untuk bedak setipis sirotol mustakim, maskara selembut bulu, atau lipstik senatural apapun. Ti-dak.
Gue ga punya alasan soal ini, gue hanya merasa demikian, gue merasa dengan memakai make up, justru pressure (cieh) akan kecantikan seorang perempuan tertahan di selapis topeng yang ia poles sedemikian rupa. Kadang gue merasa agak sedikit ironis, padahal, usaha yang para kaum venus ini lakukan dengan sedemikian rupa adalah salah satu bentuk untuk menarik gue—yang mana adalah salah satu penduduk planet mars, tapi gue sama sekali nggak bisa mengapresiasi pakem yang telah tertanam di mentalitas nyaris sebagian penduduk dunia ini. Grok.
Dan belakangan, oknum berinisial A. S. M. P. (ketauan banget) nampak menggunakan make up, walau masih dalam taraf wajar dan sangat minim. Hik. Kecewa? Buat apa? Terima sajalah. Gue pikir, jika udah tiba pada waktunya, cewek se-horor Sarah Connor pun bakalan belajar pake make-up. (*plak)
Subscribe to:
Posts (Atom)